Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Filial Piety, Anak Bukan Milik Orangtua

28 Januari 2020   06:00 Diperbarui: 28 Januari 2020   06:14 1214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang tahu apa itu filial piety? Bener, nggak ada yang tahu? Ok, Young Lady kasih tahu ya.

Filial piety adalah konsep menghormati pengorbanan orang tua yang telah melahirkan kita ke dunia. Konsep filial piety ini pun terdapat dalam Konfusian, Buddha Tiongkok, dan Tao. Katakanlah filial piety sebagai kesalehan berbakti. Anak berbakti pada orang tua sebagai balas budi atas pengorbanan mereka.

Tapi, coba tanya ke dalam diri kalian. Apakah kalian berbakti pada orang tua, menuruti perintahnya, dan menghormatinya atas nama cinta ataukah karena kewajiban/tradisi semata? Nah, coba balik posisi kalian sebagai orang tua. Jika kalian menjadi orang tua, apakah kalian mengharapkan anak membalas semua kebaikan kalian di masa depan?

Anak-anak keturunan Asia terlanjur didikte dalam budaya filial piety otoriter. Filial piety yang tercipta karena balas budi dan rasa terima kasih. Konsep ini positif, tetapi tidak berarti minus sisi negatifnya. Ada sisi negatifnya: banyak orang tua menggunakan filial piety sebagai alat pemuas ego mereka. 

Pengorbanan orang tua menjadi tidak tulus lantaran mereka berharap anak membalas kebaikan mereka di masa depan. Kalau begitu namanya bukan pengorbanan, tetapi investasi dan jual-beli. Jika memiliki anak hanya bertujuan biar ada yang menjaga dan membiayai di hari tua, lebih baik tidak usah punya anak. Sebab tujuannya sudah bergeser.

Orang tua sejati takkan mengharapkan anak membalas pengorbanannya dengan berbakti saat mereka memasuki usia senja. Young Lady cantik bahkan pernah mendengar ucapan seorang single mom. 

Kata ibu tunggal itu, melahirkan anak adalah pilihan bukan pengorbanan. So, ibu itu takkan menuntut sang anak berkorban untuk dirinya dengan alasan klasik dia yang telah melahirkan. Super sekali.

Menurut terapis perkawinan berlisensi, Elizabeth Earnshaw, ada dua tipe filial piety. Pertama, filial piety timbal balik. Orang tua mengarahkan, membimbing, dan memerintahkan anak untuk menghormatinya dengan penuh kasih sayang tanpa mengganggu kebebasan individual anak. 

Kedua, filial piety otoriter. Orang tua memaksakan anak untuk menghormati mereka. Alhasil anak berbakti bukan atas dasar cinta, namun murni karena takut menjadi anak durhaka. 

Cara mengenali filial piety otoriter adalah dengan mengajukan beberapa pertanyaan pada diri sendiri: apakah orang tua mendengarkan pendapat kalian? Apakah kalian ikhlas berbakti pada mereka? Apakah kalian berbakti pada mereka, murni karena tradisi atau karena cinta?

Filial piety akan menjadi positif bila dilakukan dengan setulus hati dan sesuai batasnya. Batas yang dimaksud adalah orang tua tetap menghargai kebebasan individu anaknya. Filial piety akan berdampak buruk bila orang tua memaksakan anak harus selalu patuh 100% padanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun