Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Pegawai Administrasi Membicarakan Hotel

15 Januari 2020   06:00 Diperbarui: 15 Januari 2020   06:05 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senin lalu, selesai mengurus beberapa hal di kampus, Young Lady tak sengaja mendengar obrolan beberapa pegawai administrasi. Salah satu dari mereka akan menghadiri undangan pernikahan di luar kota bulan depan. Ia sedang mencari penginapan.

"Jangan cari hotel yang kelas tinggi," katanya. Lalu ia meneruskan.

"Maklum pegawai negeri, nggak bisa nginep di hotel bintang."

Young Lady kaget mendengarnya. Melihat pegawai administrasi ini membuat Young Lady seketika merasakan masa depan begitu suram.

Entah, Young Lady belum pernah ada di posisi mereka. Benarkah menjadi pegawai administrasi lebih banyak tidak enaknya? Benarkah mereka lebih sering mengecap pahit dari pada manis?

Walau bukan bermaksud menggeneralisir, tetapi Young Lady sering menemukan pegawai administrasi dengan kinerja buruk di banyak kantor.

Ada yang melayani dengan wajah tidak ramah, ada yang mempersulit proses surat-menyurat, ada yang rajin bekerja hanya ketika ada uang pelicinnya, dan ada yang lempar-lempar tanggung jawab dari satu divisi ke divisi lain. Kalau dilihat dari kondisinya, mungkin inilah alasan kinerja golongan mereka menjadi begitu buruk.

Tak habis pikir Young Lady cantik bila pegawai administrasi disandingkan dengan dosen/guru di lembaga pendidikan. Para pengajar dibolehkan datang lebih siang dengan jadwal kerja lebih longgar. Sedangkan pegawai administrasi harus stay di kantor dari pagi sampai sore. Mereka kerja keras Senin-Jumat mengikuti office hour dengan gaji yang bahkan tak cukup untuk membawa mereka menginap di hotel berbintang.

Tidakkah para pegawai administrasi merasa diperbudak dengan sistem seperti itu? Padahal peran mereka tak kalah penting dibandingkan staf dengan jabatan yang lebih tinggi dari mereka. Tugas mereka tak kalah mulia: mempermudah urusan surat-menyurat, melancarkan berkas orang lain, dan macam-macam lagi. Sayangnya, para pengemban tugas mulia di jajaran akar rumput ini tak semakmur teman-temannya di tingkat lebih atas.

Ok, katakanlah ini semacam level di kantor. Kantor pun mengenal kasta. Pemilik kantor menempati kasta Brahmana. Direktur menempati kasta Ksatria. Manager, supervisor, dan staf kasta Waisya. Dan pegawai administrasi harus cukup puas duduk di kasta Sudra. Tapi bayangkan bila para pegawai administrasi ini ngamuk dan mogok kerja. Surat-surat menggunung tanpa diproses. Orang-orang yang menitipkan berkasnya jadi terlantar. Para petinggi kantor kelabakan lantaran urusan dokumen.

Ups, jangan tersinggung ya. Young Lady menuliskan ini sebagai refleksi dan mengutarakan ide yang mengendap di kepala. Jika dibiarkan begini terus, tidakkah akan tercipta jurang lebar bernama kesenjangan di sebuah kantor?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun