Tangan Berdarah
-Fragmen si kembar
Malam telah larut ketika Calvin, Adica, dan Silvi meninggalkan lokasi acara. Mata Adica melirik resah wajah Calvin. Kakak kembarnya itu sangat pucat. Gurat keletihan terukir di lekuk wajah tampan itu.
"Tunggu di sini. Biar aku ambil mobil," katanya pada Calvin.
"Aku saja. Kamu lebih butuh istirahat. Tadi kulihat kamu membantu mengangkat barang-barang di booth itu."
Mendengar tawaran Calvin, Adica tertawa hambar. "Kamu bawa mobil? Oh tidak bisa, kakak kembar. Kamu baru boleh nyetir kalau tanganku patah."
Dalam hati Calvin berharap agar sesumbar itu tak jadi doa. Adiknya memang begitu. Maka, dibiarkannya sang adik mengambil mobil di basement.
Calvin mengalihkan fokus pandangan pada Silvi. Gadis cantik bergaun merah muda itu mulai mengantuk. Mata birunya meredup. Tangan Calvin merengkuh lembut pundak putri semata wayangnya.
"Abis ini kamu tidur ya, Sayang. Pasti kamu capek ..." ujarnya lembut.
"Ayah, maaf." Silvi bergumam lirih.
"Untuk apa?"