Kompasianer, Selamat Hari Perdamaian Internasional.
Sabtu ini bukan Sabtu biasa. Hari ini, tanggal 21 September, kita merayakan Hari Perdamaian Internasional. Momen peringatan ini relevan dengan banyaknya kejadian yang merusak kedamaian di negeri kita.Â
Mulai dari politik identitas semasa kampanye Pilpres, kerusuhan 22 Mei, kerusuhan di Papua, hingga gonjang-ganjing KPK. Semua kejadian itu telah merobek perdamaian di negara yang katanya berpenduduk ramah.
Bila merunut sejarah, Hari Perdamaian Internasional pertama kali diperingati pada tahun 1982. Semua negara anggota PBB memperingatinya. Peringatan Hari Perdamaian Internasional dibuka dengan membunyikan lonceng perdamaian di Markas Besar PBB di New York. Lonceng perdamaian dibuat dari koin yang disumbangkan anak-anak seluruh benua terkecuali Afrika.Â
Hari Perdamaian Internasional didedikasikan untuk menghentikan peperangan dan kekerasan yang melanda dunia atas satu dan lain penyebab.
Wow, bagus sekali momennya ya. Nampaknya kita perlu sejenak berhenti saling lempar argumen di medsos, berhenti cyber war, menghakimi orang, dan melontarkan ujaran kebencian untuk merefleksikan datangnya Hari Perdamaian Internasional. Saatnya menghapus perpecahan dengan perdamaian. Intoleransi, radikalisme, dan politik identitas yang telah menjadi gejala di seluruh dunia, sudah waktunya diberantas. Kembalikan perdamaian di seluruh dunia.
Tak ada sesuatu yang terjadi karena kebetulan. Bertepatan dengan Hari Perdamaian Internasional, Young Lady cantik menghadirkan sebuah novel cantik yang telah lama ditulis dan dipersiapkkan: Dear Malaikat Izrail. Novel Dear Malaikat Izrail mulai ditulis di Hari Penghapusan Diskriminasi Rasial pada tanggal 21 Maret. Kini, novel itu dihadirkan pada kalian semua di Hari Perdamaian Internasional. Pas sekali, kan?
Topik seperti ini adalah antitesis dari trend market yang cenderung mengarah pada kisah-kisah romantis cheessy, metropop, teenlit, chicklit, dan sejenisnya. Selera pasar kita lebih menyenangi tema mainstream. Makanya, tak mudah menemukan publisher yang mau menerbitkannya.
Buku ini pun dibuat dan diedarkan bukan untuk misi perdagangan. Lebih jauh, buku ini dibuat untuk misi perdamaian. Sebuah misi yang lebih valuable ketimbang misi komersial.
Mungkin Kompasianer yang mengikuti tulisan-tulisan cantik Young Lady masih ingat. Bahwa sebagian cerita Dear Malaikat Izrail pernah ditayangkan di Kompasiana.
Ide dasar novel Dear Malaikat Izrail berasal dari tragedi bom tiga gereja di Surabaya dan penembakan masjid di New Zealand. Dua peristiwa berdarah itu terjadi dalam waktu kurang dari setahun.Â
Tentunya kita patut bertanya-tanya. Ada apa dengan perdamaian dunia? Mengapa orang melancarkan terorisme ke tempat yang seharusnya menjadi tempat teraman? Bukankah semestinya rumah ibadah tidak boleh disentuh tangan-tangan besi?
Selama menulis Dear Malaikat Izrail, Young Lady menemukan ketenangan dan hal baru. Ada perasaan di dalam hati yang sulit terlukiskan. Senang bisa menulis novel anak-anak, puas karena bisa keluar sebentar dari zona nyaman menulis cerita roman, mengenang masa kecil, menaruh respek pada anak-anak kecil yang mengasah potensi untuk menjadi bintang, dan lega bisa menyuarakan kesadaran anti diskriminasi pada golongan minoritas. Young Lady cantik merasa dilahirkan kembali saat menulis Dear Malaikat Izrail.
Anyway, Young Lady cantik harus berterima kasih pada publisher yang begitu kreatif. Mereka sampai membuat notebook dan gantungan kunci karakter. Membuat karakter Jose, Andrio, and friends makin hidup. Walaupun tokoh-tokoh di novel ini memang sungguh ada di kehidupan nyata. Terima kasih untuk kreativitas kalian.
Ingin Young Lady sampaikan rasa terima kasih teramat tulus pada orang-orang baik hati yang telah membantu hadirnya karya ini. Orang-orang baik hati itu, baik anggota keluarga besar "Calvin Wan" series maupun bukan.Â
Terima kasih untuk support, kreativitas, dan perhatian tulusnya. Special Young Lady ucapkan terima kasih dari hati terdalam untuk "Calvin Wan" a.k.a Ronald Wan yang telah menginspirasi dan menemani selama proses pembuatan novel ini, pada Jose Dizzman Diaz yang telah membuatkan kata pengantar untuk buku ini, dan pada blogger cantik Mbak Leya Cattleya yang telah mensupport dengan tulus terbitnya Novel Dear MI. Terima kasih terdalam untuk kalian bertiga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H