Dulu, Young Lady ingin sekali memiliki sahabat. Senangnya kalau bisa pergi kemana-mana dengan sahabat kental. Bertemu setiap hari, curhat-curhatan, hangout, dan masih banyak hal indah lainnya.
Sekarang? Nope, Young Lady cantik tidak menginginkannya lagi. Banyak orang menganggap penting kehadiran seorang sahabat. Oh, I don't think so. Persahabatan terkesan indah dan manis dari luar, tetapi belum tentu dalamnya seperti itu.
Sulit sekali mencari sahabat yang tulus. Orang yang sempurna fisik dan mentalnya tak mudah mencari sahabat sejati, terlebih person with special needs. Mari akui itu.
Sewaktu sekolah, Young Lady ingin sekali menjalin persahabatan. Iri melihat gadis-gadis di sekolah bersahabat satu sama lain dan hanya mau berdekatan dengan sahabatnya.Â
Terselip sejumput kesepian ketika berpasang-pasang sahabat pergi bersama, mengerjakan tugas bersama, nonton film terbaru, makan di resto yang baru buka, dan mengambil ekstrakurikuler yang sama.Â
Saat Young Lady menjadi ketua salah satu ekstrakurikuler pun, keadaan tetap sama. Young Lady tak pernah diundang ke pesta ulang tahun atau hangout dengan siapa pun.
Kini keinginan untuk memiliki sahabat telah pudar. Young Lady berusaha melihatnya dari kacamata positif. Ok fine, tak pernah jalan-jalan dengan makhluk bernama sahabat.Â
Biarlah waktu dan budget persahabatan digunakan untuk mengasihi duafa. Ok, tak pernah mendapat kado atau memberi hadiah untuk sahabat. Namun, anggaran membeli hadiah bisa dialokasikan untuk investasi.
Dari pada repot mencari sahabat, kita jadikan saja pasangan sebagai sahabat sejati. Pasangan yang baik akan mampu menjadi sahabat sejati untuk kita. Kalau sudah begitu, mengapa harus mencari sahabat lagi di luar sana? Tak ada sahabat dalam hidup Young Lady, tetapi ada sosok yang mampu mengambil peran lebih dari sekedar sahabat sejati.Â
Paket lengkap pokoknya. Ia bisa menjadi apa saja yang tidak pernah dimiliki Young Lady sebelumnya: ayah, guru, motivator, caregiver, konselor, sahabat, pendamping, dan malaikatnya Young Lady.
Back to focus. Persahabatan tidak selamanya membawa akibat positif. Sebelum menjalin persahabatan, ada baiknya pertimbangkan hal-hal berikut ini.
Boros
Biaya persahabatan itu tidak murah, mylove. Ada biaya hangout, biaya traktir, biaya kado ultah, biaya hadiah pernikahan, biaya pajak jadian, dan biaya-biaya tak penting lainnya.Â
Misalkan kita, yang masih muda dan ingin bersenang-senang dengan penghasilan, tetiba harus over budget hanya karena tuntutan persahabatan. Kita yang harusnya bisa berinvestasi malah memboroskan uang demi sahabat. Rugi, kan?
Rebutan pasangan
Ini bahaya laten persahabatan yang tidak kalah menakutkan. Sahabat berpotensi besar merebut pasangan kita. Itulah sebabnya, jangan perkenalkan pasangan pada sahabat jika kalian memang memilikinya. Memangnya kalian tidak takut direbut?
Pengkhianatan
Sahabat bisa menjadi partner yang baik dalam project, bisa pula menusuk dari belakang. Bila kalian memiliki sahabat, berhati-hatilah saat melibatkannya dalam suatu kerjasama. Sahabat yang tidak tulus bisa mengkhianati kalian.Â
Ia bisa mengkhianati rencana yang telah kalian susun susah payah hanya dengan dalih persahabatan. Bahkan, ada tipe sahabat yang tak segan mencuri ide sahabatnya untuk kepentingan pribadi.
Rahasia Bocor
Sisi gelap persahabatan adalah menitipkan rahasia. Lantaran sudah merasa begitu dekat, segala rahasia disampaikan. Sesuatu yang awalnya privacy jadi terbuka lebar. Jangan gegabah, Dear. Sahabat justru rawan membuka rahasia kalian.Â
Kecerobohan, balas dendam, hubungan persahabatan yang berakhir, dan kegagalan menjaga rahasia menjadi faktornya. Bayangkan bila suatu saat persahabatan berakhir. Demi balas dendam, mantan sahabat itu membocorkan rahasia kalian. Bukankah itu buruk sekali?
Tidak profesional
"Harga sahabat ya."
"Kamu kok tegas banget sih sama aku? Aku kan sahabatmu..."
Mungkin dialog-dialog seperti itu sering kita dengar. Persahabatan membuat kalian jadi tidak profesional. Mau perfeksionis dalam urusan pekerjaan, terkendala persahabatan.Â
Mau berbisnis, jadi merugi karena harga persahabatan. Sesuatu yang mestinya dapat dikerjakan dengan profesional, jadi hilang mutunya karena faktor sahabat.
Pilihan ada di tangan kalian. Mau punya sahabat atau tidak. Walaupun tak punya sahabat, akses untuk menolong orang dan berteman baik justru semakin luas. Waktu yang biasanya dipakai untuk urusan persahabatan dapat dialihkan untuk membantu sebanyak mungkin orang yang membutuhkan.
Kompasianer, kalian mau atau tidak punya sahabat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H