Seorang rekan milenial, sebut saja Miss Daffodil, mengeluh pada Young Lady. Miss Daffodil mengeluhkan ibunya yang tidak bertanggung jawab. Ayah Miss Daffodil pun sama saja. Semua urusan rumah diserahkan pada Miss Daffodil.
Lama-lama Young Lady merenung. Mengapa di dunia ini, mereka yang tidak berbakat menjadi orang tua justru diberi anak? Sedangkan mereka yang berbakat dan tergolong Mommy-Daddy potensial, malah tidak dititipi anak oleh Tuhan?Â
Young Lady kenal pria-pria tampan dan wanita cantik yang daddyable dan mommyable, tetapi mereka tak punya keturunan. Sebaliknya, banyak teman Young Lady yang orang tuanya sama sekali minim bakat.
Mudah saja...cieee kayak lagunya Sheila on 7. Mudah saja bagi sebagian pasangan untuk menghadirkan anak dalam rumah tangga mereka. Yang sulit adalah prosesnya. Membesarkan anak adalah kerja seumur hidup.Â
Kerja tanpa hari libur, kerja tanpa digaji, kerja tanpa interview, kerja tanpa bonus akhir tahun, kerja tanpa THR, dan kerja tanpa naik jabatan. Besar sekali tanggung jawab untuk membesarkan seorang anak.
Punya anak tidak hanya mau enaknya saja. Makanya Young Lady sering kali merasa heran. Di pesta-pesta pernikahan, MC dan pemuka agama kerap kali menyelipkan doa agar pengantin cepat memiliki anak. Hellooooo, memangnya punya anak gampang?Â
Kalau memiliki anak hanya dianggap untuk melestarikan keturunan, kucing, koala, dan panda ya begitu juga. Tapi kita ini makhluk berakal dan berbudaya. Memiliki anak tak sesimple itu, baby.
So, sebelum menjadi orang tua, ada bakat-bakat yang perlu dimiliki. Kalau tidak punya bakat, sebaiknya jangan jadi orang tua.
1. Bakat finansial. Yups, ini yang vital. Uang memang bukan segalanya. Namun, uang dapat menjadi alat untuk membesarkan anak. The Wall Street menurunkan jurnal berisi riset asumsi biaya membesarkan anak hingga berusia 18 tahun. Riset tersebut dilakukan di USA.Â
Bila pasangan di USA menjadi orang tua di tahun 2013, mereka harus mengeluarkan biaya sebesar $245.350 atau setara dengan 3,3 miliar Rupiah. Wow...harus punya uang 3,3 Miliar dulu sebelum punya anak. Membesarkan anak tidaklah murah, mylove.Â
Banyak pos-pos pengeluaran yang harus disiapkan. Mulai dari biaya kelahiran mereka, biaya susu, babysitter/day care, biaya pendidikan, biaya kesehatan, biaya rekreasi, biaya les/pengembangan bakat, dan biaya tak terduga. Bila dikalkulasikan, anggaran untuk membesarkan anak sungguh besar. Menjadi orang tua sama artinya harus siap dengan kemungkinan over budget.Â
Ok fine, biaya mengurus anak bisa ditekan kalau anak bersekolah di sekolah negeri, mendapat beasiswa pendidikan, punya asuransi kesehatan, or pendapatan ganda karena ayah-ibu sama-sama bekerja. Tapi kalau tidak? Tentu pengeluaran untuk membesarkan anak sampai ia mandiri begitu berat.Â
Untuk itu calon orang tua harus memiliki bakat finansial. Bahkan, jadilah kaya sebelum menjadi orang tua. Agar anak dapat dibesarkan dengan layak hingga mereka mandiri. Benar bahwa Tuhan telah mengatur rezeki untuk tiap anak, tetapi realistis sungguh tak ada ruginya.
2. Bakat sabar. Ya, orang tua yang baik haruslah sabar. Membesarkan anak tak hanya materi saja. Sebelum jadi orang tua, tengoklah ke dalam diri kalian. Apakah kalian cukup sabar? Apakah kalian mampu mengatur pikiran dan mengelola emosi?Â
Kalau nekat punya anak tanpa bakat sabar, salah-salah anak kalian nanti jadi korban. Terlebih bila anak yang dilahirkan itu children with special needs. Sabarnya harus saaaaangat panjang.
3. Bakat berkorban. Dear, menjadi orang tua artinya siap berkorban. Berkorban apa sih? Ya berkorban apa saja buat anak. Kalian mesti siap mengorbankan waktu tidur, mengorbankan kesenangan, mengorbankan uang, mengorbankan kepentingan pribadi, mengorbankan karier, bahkan mengorbankan nyawa demi anak. Jika kalian tak punya bakat berkorban, janganlah jadi orang tua. Berkorban saja tidak bakat, bagaimana mau membesarkan anak?
4. Bakat mengajar. Oh ya, betul sekali. Orang tua adalah guru pertama dalam hidup anak. Pendidikan primer didapat anak dari orang tua. Mentang-mentang ada tenaga pendidik profesional, jangan semua urusan pendidikan diserahkan pada guru. Big no, Sweetheart.Â
Porsi kebersamaan anak dengan guru tidaklah sebanyak kebersamaan anak dengan orang tua. Sebelum jadi orang tua, lihatlah apakah kalian berbakat mengajar? Adakah panggilan jiwa seorang pendidik dalam diri kalian?
5. Bakat kesehatan. Mau kan mendampingi anak sampai mereka mandiri dan berkeluarga? Nggak bangetlah, kalau di tengah siklus perjalanan, tetiba orang tua jatuh sakit lalu meninggalkan anak sebelum mereka bisa berdiri sendiri. Jadi orang tua itu harus punya bakat sehat.Â
Orang tua yang baik haruslah memiliki stamina yang prima dan daya tahan tubuh yang kuat. Bayangkan, bila anak kalian yang masih kecil selalu butuh ayahnya. Si anak minta diajak jalan-jalan dan lari-larian sama ayahnya.Â
Kalau si ayah, misalnya punya penyakit kelainan darah yang membuatnya gampang lelah, bisa-bisa si ayah terlanjur mimisan atau kelelahan sebelum acara mainnya selesai dengan sang anak. Itu baru sehari loh ya. Anak kan tumbuhnya bertahun-tahun. Gimana hayooo?
Nah, itu tadi kelima bakat yang perlu dimiliki sebelum menjadi orang tua. Ada baiknya melakukan persiapan terlebih dahulu, minimal setahun sebelum menjadi orang tua. Persiapannya apa coba?Â
Mengikuti kelas parenting, mengurus anak terlantar, merawat anak berkebutuhan khusus, menyiapkan sejumlah dana untuk membesarkan anak, dan mengasah bakat orang tua dalam diri kita.
Sebelum menjadi orang tua,
Tengoklah ke dalam diri kita.
Adakah bakat untuk menjadi orang tua?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H