Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis "Sprint", 145 Halaman dalam 6 Hari

26 Agustus 2019   06:00 Diperbarui: 26 Agustus 2019   06:08 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kamu menulis sprint ya?"


Begitu kata "Calvin Wan" saat Young Lady cantik menyampaikan progres naskah novel yang sedang ditulis waktu itu.

Hmmmm, entahlah. Mungkin begitu. Tapi, apa pun istilahnya, Young Lady memang merasakan kecepatannya. Dan itu pengalaman menulis novel tercepat yang pernah dijalani Young Lady selama 10 tahun menulis.

Awalnya, Young Lady berencana takkan menulis novel selama bulan Agustus. Bukannya malas, bukannya tak ada ide. Pikir Young Lady, biarlah idenya disimpan nanti sampai September saja. Sisa bulan ini dilewati dengan istirahat.

Rencana berubah seketika. Saat gagal menjadi "bintang" dalam iklan produk terbaru yang dilaunching suatu perusahaan hanya karena low vision, Young Lady merasakan kesepian yang sangat kuat. Satu-satunya pelarian hanyalah menulis. Maybe menulis dapat menyembuhkan luka hati dan kesendirian.

So, mulailah Young Lady menulis cantik pada Rabu, 14 Agustus 2019. Sore hari menjadi waktu yang dipilih. Sebab dimulainya sudah sore, di hari pertama Young Lady hanya berhasil menyelesaikan dua chapter. Young Lady pun pergi tidur dengan membawa segepok ide untuk chapter-chapter berikutnya.

Kamis, 15 Agustus 2019, Young Lady start sejak pagi. Tak tanggung-tanggung, Young Lady mulai menulis dari jam tiga pagi seusai bermesraan dengan Tuhan. Hari itu saaangat lancar. Segala data yang telah diriset sebelumnya, rangkaian kalimat yang tersusun di kepala, dan percobaan story telling gaya baru, tertuang tanpa kendala. Di hari kedua, Young Lady eksekusi enam chapter: chapter 3-8.

Hari ketiga pun tiba. Sebuah hari baik, hari Jumat tentunya. Walaupun hari baik, ternyata performa Young Lady dalam menulis sprint kurang bagus. Hanya dapat 4 chapter. Dari chapter 9 sampai chapter 12. No problem, coba dibawa santai saja.

Sayangnya, di hati ini selalu timbul rasa dikejar-kejar. Menggantung sebuah naskah yang belum selesai seperti memiliki hutang. Hal itulah yang menyingkirkan rasa malas dan membuat Young Lady kebut tiga chapter di hari keempat. Walau hanya dapat tiga chapter, isinya cukup panjang juga. Ketiga chapter ini merupakan bagian penting dalam cerita.

Datanglah hari kelima. Hari ini sama saja dengan hari sebelumnya. Tiga part tereksekusi. Bukan prestasi yang istimewa rasanya.

Selasa, 20 Agustus 2019, menjadi hari terakhir. Di hari itulah Young Lady membabat habis rangkaian ide dalam kepala menjadi naskah yang utuh. Empat chapter dieksekusi total. Finally, naskah setebal 145 halaman dan sebanyak 22 chapter itu tuntas dalam waktu 6 hari. Rasa penat datang mendera, namun hati ini puas. Menulis sprint 6 hari seakan menjadi ujian buat Young Lady dalam masalah manajemen waktu dan kemampuan membuat cerita yang indah dari awal sampai akhir dalam waktu singkat. Young Lady ingin menjadi penulis tangguh.

Young Lady cantik suka keteraturan dan kerja terstruktur. Dari awal pengerjaan, judul dan sinopsis harus ada. Tapi, Young Lady paling payah kalau bikin sinopsis. Tuh liat aja.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Dok Pribadi
Dok Pribadi
Finally, Young Lady cantik bisa menulis naskah pure romance lagi tahun ini. Sebelumnya garap novel anak-anak terus. Inilah naskah terpanjang yang ditulis Young Lady selama perjalanan tahun 2019. Kini Young Lady merasakan kelelahan yang cukup kuat. Efek menulis sebuah novel biasanya begitu.

Walaupun pure romance, pakem-pakem ala Young Lady wajib ada. Style tidak boleh hilang begitu saja. Apa saja pakem yang harus ada?

  1. Pesan musikal. Wah, kalau ini haram untuk terlewatkan. Di tiap chapter mesti ada. Tanpa pesan musikal, karya ini bukanlah milik Young Lady.
  2. Tema penyakit. Selain karena ini tema favorit Young Lady, adanya komponen satu ini dapat memperkaya wawasan pembaca. Sebuah cerita yang baik, selain menghibur dan menginspirasi, harus pula menambah wawasan pembaca. Jangan pernah menulis cerita tanpa riset.
  3. Tokoh wanita dilarang sakit. O-ow, idealisme ini jangan sampai buyar. Young Lady konsisten dari awal menulis novel sampai sekarang. Jangan pernah membuat tokoh wanita menderita. Hanya tokoh pria yang boleh sakit.
  4. Pesan toleransi. Yups, pesan ini merupakan bagian vital dalam setiap cerita cantik yang dibuat Young Lady. Salah satu ruh cerita Young Lady adalah pesan toleransi dan pluralisme.
  5. Tokoh-tokoh cantik dan tampan. Nah, kalau ini memang Young Lady banget. Jarang, jarang sekali Young Lady cantik menghadirkan tokoh berwajah jelek dalam cerita. Bila pun ada, biasanya tokoh-tokoh jelek ini diletakkan dalam posisi antagonis or figuran. Young Lady benci tokoh berwajah jelek. So, Young Lady mencoba sehati-hati mungkin saat memilih anggota keluarga besar Calvin Wan series. 

Makanya banyak yang cantik dan ganteng kan di keluarga Calvin Wan series? Kalian suka siapa cobaaaa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun