Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Pengalaman Menjadi Editor, Belajar Sabar dan Disiplin

12 Agustus 2019   06:00 Diperbarui: 12 Agustus 2019   06:07 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Voilet, kini naskah pun sudah dikirimkan! Lengkap dengan sinopsis dan profil. Young Lady senang bisa membantu. Percayalah, tidur kita akan lebih nyenyak kalau kita sering membantu orang lain. Hari-hari kita pun lebih tenang. Ada kebahagiaan tersendiri saat bisa menuntun orang lain belajar dan berhasil. 

Beginikah mental pendidik sejati? Meski begitu, ada perasaan sedih juga. Young Lady bisa membantu orang lain membuat buku yang cantik, kenapa Young Lady belum bisa membantu "Calvin Wan" malaikat tampan bermata sipitku menulis buku? Si angel enteng saja menjawab: karena aku tidak tertarik bikin buku.

Lantas, hal apa saja yang dieksekusi Young Lady dalam proses editing?

  1. Typo. Nah, ini printilan yang sering kali luput dari pandangan kita, mmylove. Usahakan kurangi kesalahan ketik seminimal mungkin sebelum tulisan go public. Di naskah novelet itu, Young Lady menemukan sejumlah typo. Aduh, jadi malu. Young Lady cantik ketahuan cerewetnya pas lagi koreksi kesalahan ketik. Tapi setelah diedit kan lebih cantik naskahnya. Typo itu mengurangi kecantikan naskah loh.
  2. Dialog tag. Apa saja kata-kata yang tergolong dialog tag? Ujar, tanya, sela, potong, kata, desah, bujuk, paksa, pinta, seru, jawab, sahut, dll. Dialog tag ini diperlukan setelah dialog. Meski begitu, tetap seimbangkan porsinya ya. Jangan semua dialog dalam cerita diberi dialog tag, ok? Pokoknya ballance aja.
  3. Kalimat efektif. Young Lady cantik menemukan banyak kalimat tidak efektif dalam naskah. Dua kata yang sama maknanya tertulis dalam satu kalimat. Kata berulang, membuat kalimat jadi boros. Kalimat tidak efektif membuat isi naskah berbelit-belit dan membingungkan pembaca. Sama seperti typo, kalimat efektif juga mengurangi kecantikan naskah.
  4. Nafas kalimat yang terlalu panjang. Tak sedikit kalimat terlalu panjang yang didapati Young Lady. Hampir sama seperti kalimat efektif, nafas kalimat yang terlalu panjang membuat pembaca bosan dan tidak mengerti. Solusinya adalah memotong-motongnya menjadi dua-tiga kalimat. Tak mengapa kalimat lebih banyak, asalkan kalimat tersebut tidak kelewat panjang.
  5. Credit title. Ada dua lagu yang tidak dicantumkan penyanyinya dalam naskah. Dear, kutipan apa pun yang kita dapat di luar naskah dan kita gunakan di dalam naskah, harus ada sumbernya. Kita tahu kan, seperti credit title dalam film? Lagu, quotes, puisi, atau kutipan apa pun yang bukan kreasi kita, harus ada sumbernya. Jangan lupa, Sweetheart.
  6. Point of view. Naskah novelet itu menggunakan sudut pandang orang pertama (kata ganti aku) dalam penceritaan. Di part tujuh, Young Lady menemukan pecah suara. Dari awal cerita, posisi aku dipegang oleh tokoh G. Tiba-tiba di part tujuh, posisi aku bergeser ke tokoh D. Sebutlah ini pecah suara. Hal ini terkesan simple, namun fatal bila dibiarkan. Pecah suara bisa terjadi bila karakter tokoh kurang kuat. Jalan satu-satunya, mengembalikan posisi aku ke tokoh G. Syukurlah pecah suara ini terlalu banyak.
  7. Konsistensi penyebutan nama tokoh. Dalam naskah novelet itu, tokoh wanita bernama Angel. Rupanya Angel punya beberapa panggilan: Angela, Angel, dan Angie. Sepanjang cerita terjadi ikonsistensi penyebutan nama. Agar naskah lebih cantik, sebaiknya penyebutan nama tetap konsisten dari awal sampai akhir.
  8. Adegan kunci. Selalu ada momen terpenting dalam suatu cerita. Adegan tersebutlah klimaks dari keseluruhan cerita yang dibangun sejak awal. Young Lady temukan adegan kunci digambarkan dengan sangat singkat dan nyaris tanpa kesan. Mengingat pentingnya adegan kunci, kesannya harus diperkuat. Adegan kunci itulah yang memegang peranan penting dalam isi cerita.
  9. Mengembalikan fungsi cerita. Cerita yang baik tidak hanya berfungsi menghibur (entertaining), tetapi juga harus memenuhi fungsi mendidik dan menginspirasi. So, Young Lady menyarankan untuk memperkuat detail tentang prosesi ritual keagamaan. Fungsinya untuk memperkaya wawasan pembaca. Seimajinatif-imajinatifnya karya fiksi, dia tetap harus kaya akan ilmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun