Secret Admirer
Sabtu depan datang terlalu lambat. Jose tak sabar ingin bertemu lagi dengan pengantar bunga misterius. Ia mengagumi gadis kecil itu. Ingin sekali Jose berteman dengannya. Lebih dari itu, Jose ingin menjadikan si pengantar bunga misterius sebagai adik.
Terlahir sebagai anak tunggal, Jose tak tahu rasanya punya adik. Ia pun tidak berharap banyak pada pernikahan Ayah-Bundanya. Lebih baik dia cari sendiri. Sosok adik cantik itu telah ditemukan.
"Kamu semangat banget ke rumah sakitnya. Ada apa sih?" tegur Bunda Alea menyelidik.
Ayah Calvin tersenyum kecil. Membelai lembut tangan istrinya.
"Kamu ini gimana, Alea? Baguslah kalau Jose semangat terapinya..."
Bunda Alea setengah hati mengiyakan. Ia yakin ada yang disembunyikan.
Sesampai di rumah sakit, Jose bergegas mencari pengantar bunga misterius. Ia berputar-putar mengelilingi rumah sakit. Keluar-masuk lift, naik dari satu tingkat ke tingkat berikutnya. Voilet, dia bertemu pengantar bunga misterius di unit onkologi. Si gadis kecil tengah membagi-bagikan bunga pada beberapa pasien kanker yang baru selesai kemoterapi.
Sekali lagi, dada Jose berdesir kagum. Diikutinya si gadis keluar dari unit onkologi. Ia lihat gadis bergaun kotak-kotak itu berdiri terpaku di depan mesin penjual otomatis. Mata birunya nanar menatap kosog daftar harga dan pilihan minuman.
Tunggu tunggu. Jose baru sadar. Kenapa tatapan gadis itu kosong? Matanya indah, wajahnya cantik, tetapi pandangannya kosong seolah tak fokus.