"Kamu mau beli minuman?" tunjuk Jose ke arah mesin penjual otomatis.
Si gadis tetap berdiri dengan bibir terkatup. Tanpa diminta, Jose memilihkan jus jeruk dan memberikannya pada gadis itu. Si pengantar bunga misterius menerimanya dengan canggung.
"Eits, jangan pergi dulu. Tunggu aku di taman ya. Jangan kemana-mana."
Setelah berkata begitu, Jose kembali ke unit hematologi. Ingin rasanya cepat-cepat selesai terapi. Dalam hati, Jose berdoa agar efek samping terapi hari ini tak terlalu berat. Minggu lalu, phlebotomy membuatnya merasakan nyeri hebat dan perdarahan.
"Tadi ketemu siapa, Sayang?" Dokter Tian menanyainya. Tangannya lembut membalurkan cairan antiseptik ke siku Jose.
"Pengantar bunga misterius," jawab Jose pendek.
Dokter Tian mengangguk-angguk, senyumnya melebar. Kalau Jose menyebut gadis kecil itu pengantar bunga misterius, Dokter Tian menyebut Jose secret admirer.
** Â Â
Doa Jose terkabul. Ia baik-baik saja setelah terapi. Langsung saja ia menuju taman.
Sekali lagi, Tuhan meluluskan permintaannya. Gadis kecil itu duduk manis menunggunya. Laptop terbuka di pangkuannya. Jemari ramping si gadis menari lincah, mengetikkan kalimat-kalimat.
Diam-diam Jose membacanya. Seperti sebuah cerita. Apakah gadis ini penulis cerita? Atau mungkin novelis?