Benarkah? Pantaskah ia menjadi istri Ayah Calvin? Sekali lagi dibacanya surat dari almarhumah Sivia. Menekuri kalimat-kalimatnya, meresapi kata per kata.
Sivia emmilihnya. Sivia memilihnya menjadi pengganti. Menjadi istri untuk Ayah Calvin, menjadi Bunda untuk Jose. Sayangnya, Alea terlambat. Ia terhalang puluhan project kesetaraan gender dan kesibukan lainnya selama bertahun-tahun. Urusan ini lolos dari kepalanya.
Makin dalam penyesalan Alea saat mengetahui lika-liku Ayah Calvin sebagai single parent. Dia tahu persis kondisi pria itu. Ayah Calvin pasti lelah melakoni perannya sendirian.
Karena Ayah Calvin, Alea menguatkan hati. Pelan tapi pasti, ia beranjak meninggalkan taman. Amanah harus ditunaikan.
Alea memasuki rumah paling besar di kompleks itu. Ditekannya bel. Dua menit kemudian...
"Alea?"
"Calvin?"
Keduanya terperangah. Alea yang cantik dan Ayah Calvin yang tampan. Larut dalam tatap dan cinta. Tahun-tahun memisahkan mereka. Namun, rasa dan pengharapan itu tak berubah.
Mata Ayah Calvin berkaca-kaca. Ingin, ingin sekali ia merengkuh tubuh indah itu. Membelai rambut hitam yang kini telah terpotong pendek sebahu itu. Rambut Alea tak sepanjang dulu. Tetap saja ia cantik. Alea cantik, cantik luar-dalam.
"Ayah, apa itu Bunda?"
Dari ruang tengah, terdengar derit kursi roda. Jose menyusul Ayahnya. Hatinya menghangat melihat sosok jelita yang berdiri anggun di ambang pintu.