Malaikat Pemberi Pesan Damai Itu Bernama Calvin Wan
Langit menggelap. Matahari sore menyingkir, terdorong awan hitam. Sebentar lagi akan turun hujan.
Jose berjalan cepat menyusuri trotoar. Sebagian bajunya basah. Sepulang dari rumah Silvi, ia menyelamatkan Adi yang hampir tenggelam di danau. Akhirnya Jose tahu kalau anak sekelasnya yang suka membully teman itu tak bisa berenang. Adi telah banyak berbuat jahat padanya. Tapi itu takkan membuat Jose enggan menolongnya.
"Kasihilah orang-orang yang membenci kita." Ayah Calvin berpesan padanya suatu hari.
Ayah Calvin...rindunya membuncah. Jose tak sabar ingin cepat sampai rumah. Dinginnya air yang membasahi baju dapat diredakan dengan pelukan hangat Ayah Calvin.
Sambil berjalan, Jose membayangkan pelukan sang ayah. Wangi Blue Seductionnya, belaian di rambutnya, kecupan di keningnya, sapaannya, senyum khasnya, dan kaldu buatannya. Sejak mundur dari urusan perusahaan dan yayasan, Ayah Calvin lebih sering memasak dan menulis. Kesehatannya menurun, namun Ayah Calvin masih bisa menyenangkan hati Jose.
"Ayah, aku pulang untukmu!" teriak Jose, langkahnya dipercepat.
Anak ganteng peraih top scorer pertandingan basket sebulan lalu itu melangkah pulang seraya menyanyi.
Aku mengenal dikau tak cukup lama