Yang menyayangimu sepanjang hidupku...
Punggung Jose menegang. Pelan-pelan ia berbalik. Ayah Calvin memeluknya.
Jose dan Ayah Calvin berpelukan. Inilah yang ditunggu-tunggunya. Ayah Calvin mencium kening Jose. Hadiah manis di sepertiga malam. Makanya Jose tak sabar menanti sepertiga malam. Agar dia bisa melewatkan waktu berdua saja dengan Ayahnya. Tidak jauh, tidak ada yang mengganggu, hening, dan sepi. Waktu sepertiga malam milik mereka berdua. Hanya Allah yang tahu.
"Ayah pucat sekali..." ujar Jose khawatir. Pelan menyentuh wajah Ayahnya.
Wajah itu...tangan itu...terasa dingin. Ayah Calvin tersenyum menenteramkan.
"Jangan khawatir, Sayang. Ayah..."
Kalimatnya menggantung. Ayah Calvin terbatuk. Refleks dilepasnya pelukan. Jose melihat hidung Ayahnya berdarah.
"Jose, tunggu sebentar." pamit Ayah Calvin, lalu membuka pintu.
Nah, ini sering terjadi. Jose mencengkeram erat tepi tempat tidurnya. Ayah Calvin sering meninggalkan Jose untuk muntah atau membersihkan darahnya. Sulit diingkari. Jose takut, takut sekali.
Jose takut ditinggal. Hanya itu. Beberapa jam saja tanpa Ayah Calvin, hati ini rasanya hampa sekali. Kehampaan yang menyakitkan. Pisau ketakutan menusuk-nusuk hati Jose.
Pemuda cilik berparas tampan itu tertunduk dalam. Hatinya tak henti memohon pada Allah. Ia ingin tetap bersama Ayah, begitu permohonannya. Jose paling sedih kalau Ayah Calvin meninggalkannya terlalu lama.