Tiap kali ada masalah, sedih, atau ketakutan, Young Lady cantik selalu mendengarkan lagu ini. Musiknya sangat lembut. Menyentuh rasa, menenangkan. Seperti ada suara lembut yang berbisik di telinga. Merasuk ke dalam hati yang dialiri ketakutan. Takut lantaran serangan di Minggu Paskah.
Restoran lantai dua di Hotel Shangri La, Kolombo, Sri Lanka, hancur berantakan. Lantai menghitam. Meja-meja terbalik. Kabel-kabel bergelantungan. Semua itu akibat ulah sosok-sosok manusia pengecut bernama teroris.
Apakah di Hotel Shangri La saja? Oh no, baby. Pada hari yang sama, terjadi ledakan di dua hotel dan tiga gereja lainnya. Hotel Cinamon Grand, Hotel Kingsbury, Gereja St. Anthony, Gereja Zion, dan Gereja St. Sebastian. Mengerikan, sungguh mengerikan. Enam serangan teroris di hari yang sama.
Ironisnya, serangan ini terjadi di hari raya! Tepat di Minggu Paskah. Hari yang seharusnya dinikmati penuh kegembiraan, kini ternoda duka dan air mata. Pelakunya sungguh gila.
Menurut manager Hotel Cinamon, pelaku teroris sempat ikut mengantre makanan buffet di resto hotel. Ketika tiba gilirannya dilayani, ia mengaktifkan bom. Hancurlah hotel itu. Pelakunya juga tewas. Hingga Minggu malam, jumlah korban tewas mencapai 207 orang dan 450 luka-luka.
PM Sri Lanka, Ranil Rickmesinghe, mengutuk tindakan terorisme tersebut. Katanya, ini serangan paling mengerikan di negerinya setelah Perang Saudara 10 tahun lalu. Dimintanya masyarakat agar tidak menyebarkan berita provokatif. Segera setelah serangan itu, dia mengadakan pertemuan darurat dengan Dewan Keamanan.
Dunia berduka. Paus Fransiscus merayakan Paskah dalam duka untuk korban bom Sri Lanka. PM Selandia Baru, Jacinda Ardern, memberikan simpati terdalamnya. Terlebih negerinya juga mengalami serangan teroris baru-baru ini. PM Australia, Scott Morrison, mengungkapkan negaranya berbela sungkawa. Theresa May, PM Inggris, mengutuk serangan itu. Dikatakannya itu peristiwa yang sangat jahat dan menakutkan. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyebutnya serangan kemanusiaan. Gereja Yerusalem mendoakan agar Tuhan memberi petunjuk pada teroris. Umat Katolik Makassar mendoakan para korban.
Menakutkan, sangat menakutkan. Momen hari raya keagamaan dipilih sebagai hari berdarah. Tiap kali ada serangan semacam ini, Young Lady cantik merasakan ketakutan besar di dalam hati. Ketakutan yang membuat resah dan pedih. Kemarin masjid, sekarang gereja. Semoga ini yang terakhir.
Keresahan tertuang dalam doa, tulisan, dan ungkapan. Seperti biasa, Young Lady membagi ketakutan dan kesedihan itu dengan malaikat tampan bermata sipit "Calvin Wan". Di sepertiga malam yang hening, kala sebagian besar orang terlelap, kami justru sudah bangun. Young Lady melakukan apa pun agar bisa menghabiskan waktu lebih lama bersamanya. Ia menenangkan dengan lembut. Si "Calvin" ini masih bisa memberikan pelukan hangatnya di sela-sela kesibukannya. Atur pikiran bahwa kematian bukan hal menakutkan, begitu kata "Calvin". Lembut sekali dia...
 Masih menurut dirinya, terorisme menjual agama. Benar juga. Coba lihat polanya. Serangan diarahkan ke rumah-rumah ibadah. Sasarannya umat yang tengah menjalankan ritual keagamaan. Hari-hari dimana rumah ibadah sedang padat-padatnya jadi pilihan. Sadarkah kalian bahwa kebanyakan serangan terorisme yang menyasar rumah ibadah terjadi antara Jumat-Minggu? Biasanya, serangan terjadi ketika rumah ibadah lagi penuh-penuhnya. Maksudnya, ketika ada saat penting. Licik sekali ya, para teroris itu.
Kita belum lupa. Setahun lalu, tiga gereja di Surabaya diledakkan. Di Hari Minggu pula. Tiga gereja. Kenapa harus tiga-tiganya sekaligus? Dan di Sri Lanka, kenapa juga harus tiga gereja sekaligus yang diserang?
Lagi-lagi ini kesamaan pola. Tidakkah kalian perhatikan? Pola serangan terorisme yang terjadi, dimana pun negaranya, pastilah menyasar minoritas. Dari sisi demografi, Umat Kristiani di Sri Lanka hanya 7,62%. Mayoritas adalah pemeluk Buddha sebanyak 70%. Selebihnya Umat Hindu 12,1%, Muslim 9,66%, dan agama lainnya 0,003%.
Kecil, kan?
Kalau boleh flashback ke belakang, penembakan di Christchurch juga melibatkan minoritas. Motifnya sudah jelas. Gerakan ekstrimis sayap kanan super rasis, anti-Islam, dan anti-imigran. Nah, kalau di Sri Lanka ini, apa ya?
Ternyata pelaku bom Sri Lanka tidak sebodoh Brenton Tarrant yang meninggalkan jejak berupa manifesto 78 halaman. Ok fine, pelakunya memang tidak bodoh. Tetapi ia juga pengecut. Kalian tahu? Dua dari serangan itu adalah bom bunuh diri. Pelakunya tidak mau berurusan dengan pengadilan dunia. Padahal dia tak tahu, pengadilan akhirat jauh lebih kejam.
Apa pun motifnya, terorisme adalah kekejaman yang tidak dapat dibenarkan. Agama adalah pembawa damai, pencegah dosa, pengontrol perbuatan. Tapi, berapa banyak perbuatan jahat yang dilakukan atas nama agama?
Honestly, Young Lady kecewa dengan pemimpin Sri Lanka. Kalau boleh membandingkan, dia tak sebaik Jacinda Ardern. Bukannya menampakkan sikap-sikap menenangkan dan menginspirasi, Sri Lanka justru memblokir platform dan memberlakukan jam malam. Pemblokiran media sosial beralasan agar tidak terjadi penyebaran berita provokatif. Susah ya, mencari pemimpin seperti Jacinda Ardern.
Sri Lanka negara yang tidak aman. Benarkah? Oh, kita jangan terburu-buru mengambil kesimpulan. Tapi faktanya, perang saudara melawan kelompok Tamil pernah terjadi di sana satu dasawarsa lalu. Dilansir dari Republika dan BBC, di Sri Lanka ada kelompok-kelompok ekstrimis Buddha. Kelompok Buddhis garis keras ini terlibat konflik dengan Muslim tahun lalu. 6 tahun sebelumnya, mereka pernah memboikot sistem produk makanan dan benda-benda halal. Menurut mereka, agama-agama asing seperti Kristen dan Islam dapat mengancam agama Buddha. Mereka mengklaim kelompok mereka sebagai polisi tidak resmi.
Waktu tak dapat diputar kembali. Percayalah, terorisme bukanlah soal agama apa dan agama apa. Tetapi soal pemahaman yang keliru. Interpretasi sesat, mengkhultuskan suatu pemikiran tertentu, kebobrokan mental, lunturnya kasih sayang, tumpulnya kemanusiaan, dan berkurangnya solidaritas antarpemeluk agama. Kita semua harus bersatu untuk memerangi terorisme sampai ke akar-akarnya. Ingat, sebentar lagi kita akan menyambut dua kemuliaan dalam dua agama: Bulan Suci Ramadan dan Hari Raya Waisak. Jadikan dua momentum suci di bulan Mei nanti sebagai momen perekat jiwa.
Lalu, apa kaitan bom Sri Lanka dengan situasi negara kita? Indonesia baru saja mengadakan pesta demokrasi. Dua kubu saling mengklaim kemenangan. Siapa pun pemenangnya, semoga Indonesia tetap damai. Jangan sampai Pemilu menciptakan huru-hara, darah, dan kematian. Pesta demokrasi lima tahunan ini bukan ajang pertumpahan darah. Jangan sampai negara kita menjadi Sri Lanka kedua, atau bahkan Palestina kedua. Bagi pihak yang menang bergembiralah sewajarnya. Bagi yang kalah, jangan melakukan kegilaan dengan menyerang pihak yang menang.
Katakan tidak pada terorisme.
