Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bom Sri Lanka, Kekejaman Luar Biasa di Hari Raya

24 April 2019   06:00 Diperbarui: 24 April 2019   06:09 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita belum lupa. Setahun lalu, tiga gereja di Surabaya diledakkan. Di Hari Minggu pula. Tiga gereja. Kenapa harus tiga-tiganya sekaligus? Dan di Sri Lanka, kenapa juga harus tiga gereja sekaligus yang diserang?

Lagi-lagi ini kesamaan pola. Tidakkah kalian perhatikan? Pola serangan terorisme yang terjadi, dimana pun negaranya, pastilah menyasar minoritas. Dari sisi demografi, Umat Kristiani di Sri Lanka hanya 7,62%. Mayoritas adalah pemeluk Buddha sebanyak 70%. Selebihnya Umat Hindu 12,1%, Muslim 9,66%, dan agama lainnya 0,003%.

Kecil, kan?

Kalau boleh flashback ke belakang, penembakan di Christchurch juga melibatkan minoritas. Motifnya sudah jelas. Gerakan ekstrimis sayap kanan super rasis, anti-Islam, dan anti-imigran. Nah, kalau di Sri Lanka ini, apa ya?

Ternyata pelaku bom Sri Lanka tidak sebodoh Brenton Tarrant yang meninggalkan jejak berupa manifesto 78 halaman. Ok fine, pelakunya memang tidak bodoh. Tetapi ia juga pengecut. Kalian tahu? Dua dari serangan itu adalah bom bunuh diri. Pelakunya tidak mau berurusan dengan pengadilan dunia. Padahal dia tak tahu, pengadilan akhirat jauh lebih kejam.

Apa pun motifnya, terorisme adalah kekejaman yang tidak dapat dibenarkan. Agama adalah pembawa damai, pencegah dosa, pengontrol perbuatan. Tapi, berapa banyak perbuatan jahat yang dilakukan atas nama agama?

Honestly, Young Lady kecewa dengan pemimpin Sri Lanka. Kalau boleh membandingkan, dia tak sebaik Jacinda Ardern. Bukannya menampakkan sikap-sikap menenangkan dan menginspirasi, Sri Lanka justru memblokir platform dan memberlakukan jam malam. Pemblokiran media sosial beralasan agar tidak terjadi penyebaran berita provokatif. Susah ya, mencari pemimpin seperti Jacinda Ardern.

Sri Lanka negara yang tidak aman. Benarkah? Oh, kita jangan terburu-buru mengambil kesimpulan. Tapi faktanya, perang saudara melawan kelompok Tamil pernah terjadi di sana satu dasawarsa lalu. Dilansir dari Republika dan BBC, di Sri Lanka ada kelompok-kelompok ekstrimis Buddha. Kelompok Buddhis garis keras ini terlibat konflik dengan Muslim tahun lalu. 6 tahun sebelumnya, mereka pernah memboikot sistem produk makanan dan benda-benda halal. Menurut mereka, agama-agama asing seperti Kristen dan Islam dapat mengancam agama Buddha. Mereka mengklaim kelompok mereka sebagai polisi tidak resmi.

Waktu tak dapat diputar kembali. Percayalah, terorisme bukanlah soal agama apa dan agama apa. Tetapi soal pemahaman yang keliru. Interpretasi sesat, mengkhultuskan suatu pemikiran tertentu, kebobrokan mental, lunturnya kasih sayang, tumpulnya kemanusiaan, dan berkurangnya solidaritas antarpemeluk agama. Kita semua harus bersatu untuk memerangi terorisme sampai ke akar-akarnya. Ingat, sebentar lagi kita akan menyambut dua kemuliaan dalam dua agama: Bulan Suci Ramadan dan Hari Raya Waisak. Jadikan dua momentum suci di bulan Mei nanti sebagai momen perekat jiwa.

Lalu, apa kaitan bom Sri Lanka dengan situasi negara kita? Indonesia baru saja mengadakan pesta demokrasi. Dua kubu saling mengklaim kemenangan. Siapa pun pemenangnya, semoga Indonesia tetap damai. Jangan sampai Pemilu menciptakan huru-hara, darah, dan kematian. Pesta demokrasi lima tahunan ini bukan ajang pertumpahan darah. Jangan sampai negara kita menjadi Sri Lanka kedua, atau bahkan Palestina kedua. Bagi pihak yang menang bergembiralah sewajarnya. Bagi yang kalah, jangan melakukan kegilaan dengan menyerang pihak yang menang.

Katakan tidak pada terorisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun