Ada satu jawaban Pak ganteng yang lucu tapi mengena.
“SIM A, SIM B, SIM C saya punya. Yang nggak punya Cuma sim salabim.”
Ternyata maksud dari sim salabim itu adalah sesuatu yang instan. Kata pak ganteng berhati lembut, tidak ada sesuatu yang instan. Semuanya butuh proses. Bener, bener banget.
Sungguh, tidak ada kesan keras, pemarah, dan arogan dalam diri capres petahana. Sosoknya yang lembut, menenangkan, dan penuh kasih menjadi cerminan pemimpin bangsa yang ideal. Masih mau bukti lagi? Lihat video berikut ini.
Nah, kurang apa lagi coba? Anak-anak itu manusia paling jujur. Hati mereka tulus, putih, bersih, dan murni. Mereka lebih mudah mengenali mana orang baik dan mana orang jahat.
Fyi, ekspresi orang berkebutuhan khusus jauh lebih jujur dan spontan. Mereka tak bisa dikontrol atau di-setting saat ingin mengekspresikan sesuatu yang ada di dalam hati. Lihat, bagaimana lembut dan penuh kasihnya pak Jokowi. Orang yang dekat dengan anak-anak dan mampu membuat nyaman anak berkebutuhan khusus adalah orang berhati lembut.
Penilaian senada juga diungkapkan Menteri Luhut Panjaitan. Dilansir dari Tribun News, Luhut menilai Pak Jokowi lemah lembut tapi tegas. Sekjen PDIP juga mengutarakan pendapat yang sama, seperti ditulis Merdeka.com.
Pemimpin berhati lembut, itulah yang kita butuhkan sekarang. Bukan pemimpin yang mempertontonkan hoax, rangkaian sandiwara, kampanye hitam, fitnah, amarah di depan publik, tubuh topless, dan arogansi. Semoga Pak Jokowi kembali terpilih.
Presiden saja lembut, rakyatnya pun harus begitu. Kompasianers, sudahkah kalian memiliki hati yang lembut?