"Kenapa kalian menatap saya seperti itu? Jas saya jelek ya?" Malaikat tampan bermata sipit itu tersenyum, ramah. Terang saja kesembilan pekerja itu kikuk. Buru-buru mereka kembali bekerja. Ada yang menggantai seprai, membersihkan lukisan-lukisan mahal, membersihkan karpet dengan vacum cleaner, menyetrika pakaian, dan mengelap pajangan-pajangan kristal.
Ekspresi ramah di wajah Calvin kontras dengan Silvi. Ia tetap dingin. Tersenyum pun tidak. Menyapa pelayan-pelayannya sama sekali bukan tradisi Silvi.
"Aku tidak mau sarapan di sini." tolak Silvi saat mereka tiba di ruang makan.
"Ok. Terus kamu maunya dimana?" tanya Calvin sabar.
"Di dekat kolam renang."
Itu tempat favorit mereka. Calvin kembali menuntun Silvi ke ruang terbuka dekat kolam renang. Dua kursi rotan berdiri kokoh mengelilingi meja terracotta. Baby piano mengapit meja.
Mereka menikmati sarapan ditemani gemericik air. Bisikan angin membelai jas putih dan dress biru Silvi. Wafel mentega almond terasa makin lezat. Calvin dan Silvi terinspirasi menu sarapan Justin Timberlake.
** Â
Teringat pada saat itu
Tertegun lamunanku melihatmu