Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Jangan Jadikan Kantor sebagai Pegangan Tunggal

27 Februari 2019   06:00 Diperbarui: 27 Februari 2019   06:32 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by stevepb on Pixabay

Akhirnya, oh akhirnya Young Lady cantik angkat kaki dari radio itu. Walau minggu lalu pimpinannya lagi-lagi memanfaatkan kemampuan Young Lady untuk kepentingannya sendiri. Tapi itu sudah berlalu. I'm sorry good bye...cieee kayak lagunya Krisdayanti.

Anyway, Young Lady cantik tidak bergantung secara finansial dari tempat itu. Yeeee, gimana mau bergantung finansial? Dibayar saja tidak. Bebas dong kalau Young Lady mau keluar. Young Lady tidak mencari uang di radio itu. Tidak pula mengharapkan mereka membayar Young Lady. Tanpa radio pun, Young Lady sudah cukup.

Belajar dari pengalaman itu, Young Lady menarik satu poin berharga: jangan mengandalkan kantor sebagai pegangan finansial tunggal. Ini juga bisa menjadi pelajaran bagi karyawan lainnya. Alasannya apa?

  1. Mengantisipasi kebutuhan yang terus bertambah

Waktu terus bergulir. Bukannya berkurang, kebutuhan justru bertambah. Apa lagi bila kita harus menghidupi orang lain, bukan hanya diri kita sendiri. Misalnya kita punya keluarga sebagai tanggung jawab, atau kita menikah dan membangun keluarga sendiri. Bila mengandalkan gaji dari kantor sebagai satu-satunya pegangan finansial, cepat atau lambat akan ada saat gaji itu terasa kurang. 

Ada beberapa kebutuhan yang tak terpenuhi karena kurangnya gaji. Mau minta gaji lebih, ya tidak bisa dong. Kecuali bila kita naik jabatan. Terlebih bila kita sering terlambat/absen. Pasti berdampak pada pemotongan gaji, kan? 

Nah, demi menghindari hal itu, jangan jadikan kantor sebagai satu-satunya sumber penghasilan. Buatlah usaha sampingan. Cari penghasilan dari sumber lain.

  1. Berjaga-jaga pada kemungkinan dipecat

Namanya hidup, kita tak tahu. Hari ini berjaya, besok terhina. Kehidupan kantor itu dinamis. Tidak ada yang statis dalam dunia kerja. Yah, bolehlah kita berpuas diri dengan kemapanan finansial di kantor. 

Tapi, mau sampai kapan? Bagaimana kalau kita dipecat? Dipecat pun belum tentu karena kinerja kita buruk. Bisa saja karena perusahaan tempat kita bekerja bangkrut. 

Bagi yang bekerja di instansi pemerintah, kemungkinan dipecat pun tetap ada walau bukan karena kebangkrutan. Apa jadinya bila kita hanya mengandalkan kantor sebagai sumber penghasilan tunggal?

 Mulailah berpikir untuk mencari penghasilan tambahan. Kurangnya waktu luang bukan halangan untuk mencari proyek sampingan. Sumber penghasilan lain memastikan kondisi finansial tetap terjaga sekalipun surat pemecatan melayang ke meja kita.

  1. Tak takut saat resign

Dilansir dari Forbes, Kate Taylor menyebutkan 60% milenial mengundurkan diri dari suatu pekerjaan kurang dari tiga tahun. Ancaman gelombang resign cukup tinggi. Eits, belum tentu karena tak setia. 

Banyak alasan untuk resign. Jenuh dengan dunia kerja, lelah dengan gaya hidup no life, menjadi korban politik kantor, dll. Banyak orang takut untuk resign karena mereka hanya mengandalkan kantor sebagai sumber penghasilan utama. 

Kalian takkan takut resign bila punya sumber penghasilan lain. Pentingnya memiliki pendapatan lain agar suatu saat kalian ingin resign, kondisi keuangan kalian masih aman. Jangan sampai stabilitas ekonomi kalian terganggu setelah resign. So, carilah sumber pendapatan sampingan.

  1. Tulus di dunia kerja, tidak menyikut orang lain

Di antara sekian alasan, inilah yang paling penting. Banyak pekerja takut rezekinya direbut orang, posisinya diambil orang yang lebih kompeten. Hellooo, itu lagu lama. Ketakutan itu mendorong mereka melakukan perbuatan licik. 

Mereka menggunakan politik kantor untuk menjatuhkan orang lain yang dianggap sebagai ancaman. Mengapa? Semata karena mereka takut rezekinya dirampas. Itulah kehitaman hati pekerja yang takut diambil rezekinya. Padahal rezeki kan dari Tuhan. Buat apa menyikut orang lain? Susah mencari orang tulus di dunia kerja. 

Persaingan begitu ketat, tak terkecuali persaingan untuk mendapat rezeki dan kenaikan karier. Pilihan kembali ke diri kita. Kita mau masuk ke golongan mana. Akankah kita menjadi orang yang tulus berhati putih atau orang licik berhati hitam yang menyikut rekan kerjanya sendiri?

Bila kita ingin menjadi tulus di dunia kerja, jangan rebut rezeki orang lain. Para pekerja berhati hitam yang takut rezekinya diambil, itu karena mereka hanya memiliki satu sumber penghasilan. Kombinasi buruk antara matinya kreativitas, hidup tidak berkecukupan, dan hati hitam.

Bagaimana menjadi tulus di dunia kerja? Dapatkan penghasilan lain di luar kantor. Kalau perlu, carilah penghasilan yang lebih banyak lagi di luar pekerjaan utama. Agar kita tidak perlu menyikut orang lain demi rezeki. Disikut orang, sakitnya tuh di sini. Kita tak pernah tahu betapa dalam kecewa dan doa orang yang telah kita sikut. Penyesalan datang di akhir.

Bila kita punya banyak penghasilan di luar kantor, hati akan lebih tenang. Kita pun bisa bekerja dengan tulus di kantor. Tak perlu merasa iri jika orang lain kebagian proyek ini-itu, dinas luar kemana-mana, dan promosi jabatan. Ngapain iri? Toh penghasilan kita tidak kalah banyak dari mereka.

Itulah empat alasan kita tidak boleh menjadikan kantor sebagai satu-satunya sumber biaya hidup. Coba pikirkan jenis pekerjaan sampingan yang kalian suka untuk menambah penghasilan. 

Zaman digital, peluang makin terbuka lebar. Jualan online, misalnya. Kalian bisa handel toko online kalian di sela-sela kesibukan kerja. Bagi yang suka memotret, bisa jadi food fotografer. 

Yang suka modeling kayak Young Lady cantik, bisa jadi freelance model. Bagi yang pintar jadi stage manager dan mengelola event, bisa ambil job event organizer di akhir pekan.

 Buat yang hobi nulis, bisa jadi blogger. Banyak tuh website yang mau membayar tulisan kalian. Kalian yang suka mengajar dan suka anak-anak, bisa membuka day care/les private/bimbel di hari-hari tertentu. Bisa juga kalian menjadi konsultan dengan keahlian spesifik yang kalian miliki.

 Yang suka berbicara di depan umum, yang nggak begitu keliatan urat malunya...eits, bukan malu-maluin ya, bisa jadi motivator atau pembicara di seminar. Kan lumayan fee-nya. Peluang terbuka lebar bagi kalian yang berbakat menggambar dan mendesain. 

Di waktu senggang, kalian bisa mengerjakan order untuk menggambar/mendesain sesuatu. Bayarannya bagus juga. Banyak, banyak sekali peluang untuk mendapatkan uang tambahan.

What are you waiting for? Dari pada hanya mengandalkan gaji dari kantor. Kompasianer, sudahkah kalian memiliki lebih dari satu sumber penghasilan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun