Kesempatan untuk berbisnis dan berburu banyak peluang lebih luas. Bayangkan kalau kita jadi karyawan. Kan waktunya terbatas. Agak susah kalo mau ngobyek. Kalau freelancer, mereka available kapan pun.
Waktu untuk quality time dengan orang-orang terdekat pun lebih banyak. Siapa sih yang nggak mau diperhatiin full time? Pasti mau dong. Apa lagi kalo bisa kerja dari rumah, dapat banyak uang, sambil perhatiin orang-orang terkasih. Indahnya hidup ini.
Tapi, tapi, tapi...nggak segampang itu juga kaliii. Jadi freelancer nggak segampang muter lagu di Spotify. Ada juga konsekuensi nggak enaknya lho.
Hei kalian yang mau jadi freelancer, beranikan diri untuk siap mental. Siap mental apaan tuh? Siap-siap kalian dianggap pengangguran. Freelancer masih asing di mata orang Indonesia kebanyakan. So, jangan baper ya pas kalian disangka pengangguran.
Kalian juga harus berani berebut pekerjaan dengan sesama freelancer. Hello, persaingan ketat menanti di depan mata. Tawaran kerja tak sebanding dengan jumlah pelamar. Kalian mesti pintar-pintar self marketing. Tunjukkan kalau kalian punya kapasitas untuk mendapat pekerjaan itu. Kumpulkan portofolio, perbanyak network.
Jadi freelancer jangan karena enaknya aja. Suka tidak suka, freelancer berani terima risiko. Misalnya, risiko diputus sepihak kontrak kerjanya. Risiko diabaikan perusahaan klien karena dianggap bukan siapa-siapa. Risiko tidak dapat THR dan tunjangan keluarga. Risiko tidak dijamin asuransi kesehatan dari perusahaan. Dan masih banyak risiko lainnya.
Oh iya, freelancer berani jadi finantial planner. Hidup kan naik-turun. Kadang ramai job, kadang sepinya kayak mausoleum. Nah, freelancer jaga-jaga tuh. Siapkan investasi dan dana cadangan bila terjadi hal yang tak diinginkan. Namanya freelancer, harus berani nabung dan inves dong.
Asuransi kesehatan jangan lupa ya. Soalnya banyak perusahaan klien yang memutus kontrak sepihak saat freelancer sakit. Kalo nggak, gini aja deh. Young Lady cantik punya saran buat para freelancer.
Coba freelancer Indonesia bikin situs semacam Freelancer or Upwork. Kalian kan berani membuka network. So, why don't you make a freelancer comunity? Dengan begitu, makin mudah saling menjaga, mendukung, dan mendapat job.
Mau lebih solid lagi? Bikin perusahaan semacam Enspiral.com. Perusahaan itu berada di Wellington, New Zealand. Itu semacam koperasinya freelancer. Korporat milik bersama. Mereka saling mendanai bisnis eksperimen, membiayai terapi jika ada yang sakit, membelikan laptop baru, bahkan melakukan kegiatan keagamaan dua kali setahun. Keren ya. Di Selandia Baru tidak kenal koperasi, tapi azas kekeluargaan mereka sangat tinggi.
Nah, coba para freelancer Indonesia berani bersatu dan membuat perusahaan semacam itu. Pasti lebih menenangkan kalau kita ada yang jagain...cieee. Walaupun freelancer belum masuk list cita-cita yang diucapkan anak di sekolah, Young Lady kagum sama mereka. Para freelancer adalah para pemberani. Mereka berani mengambil keputusan, berani membebaskan diri dari kungkungan perusahaan, berani mengambil risiko, dan berani meraih kesempatan. Freelancer bukan penakut, bukan looser. Untuk apa malu jadi freelancer?