Nurani membutuhkanmu
Ku harus merelakanmu (Samsons-Bukan Diriku).
Tiba di ruang tamu, Calvin melihat Abi Assegaf dan Adeline duduk bersisian. Kesepuluh jari Abi Assegaf bergerak pelan di atas tuts piano. Rambut coklat Adeline tertutup, sempurna tertutup hijab putih.
Calvin tergetar. Sungai darah di sekujur tubuhnya berdesir lebih cepat. Ya, Tuhan, ada apa ini? Seolah ada perubahan besar. Seorang wanita Katolik memakai hijab. Mungkinkah Adeline benar-benar menyukai hijab seperti yang dikatakan dalam suratnya?
Tak hanya itu. Tarian jemari Abi Assegaf di atas piano pun menggetarkannya. Luar biasa, seseorang yang kehilangan penglihatannya mampu bermain piano dengan presisi mengagumkan. Tuhan Maha Adil. Ia ambil mata Abi Assegaf. Tapi Ia pertahankan intelegensia dan memorinya.
Adeline tergugu. Sesaat ia menyeka mata. Lalu membuang ingusnya.
"Mengapa lagu itu, Assegaf?" Ia setengah terisak.
"Lagu itu tanda aku merelakanmu, Adeline." lirih Abi Assegaf. Setelah menghela nafas berat, dia melanjutkan.
"Apa yang bisa kauharapkan dariku? Aku hanya akan menyusahkanmu dengan kebutaanku."
"Bagaimana kalau aku peduli? Apakah kebutaan matamu membutakan hatiku? Tidak, Assegaf."
Benang-benang kusut di kepala Calvin mulai terangkai. Ia meraba tujuan Adeline mendatangi mantan suaminya. Getaran menghebat di dada Calvin. Tepat di depan matanya, ia saksikan kekuatan cinta.