Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[3 Pria, 3 Cinta, 3 Luka] Hijab, Hati yang Memeluk Luka

12 Februari 2019   06:00 Diperbarui: 12 Februari 2019   05:59 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nurani membutuhkanmu

Ku harus merelakanmu (Samsons-Bukan Diriku).

Tiba di ruang tamu, Calvin melihat Abi Assegaf dan Adeline duduk bersisian. Kesepuluh jari Abi Assegaf bergerak pelan di atas tuts piano. Rambut coklat Adeline tertutup, sempurna tertutup hijab putih.

Calvin tergetar. Sungai darah di sekujur tubuhnya berdesir lebih cepat. Ya, Tuhan, ada apa ini? Seolah ada perubahan besar. Seorang wanita Katolik memakai hijab. Mungkinkah Adeline benar-benar menyukai hijab seperti yang dikatakan dalam suratnya?

Tak hanya itu. Tarian jemari Abi Assegaf di atas piano pun menggetarkannya. Luar biasa, seseorang yang kehilangan penglihatannya mampu bermain piano dengan presisi mengagumkan. Tuhan Maha Adil. Ia ambil mata Abi Assegaf. Tapi Ia pertahankan intelegensia dan memorinya.

Adeline tergugu. Sesaat ia menyeka mata. Lalu membuang ingusnya.

"Mengapa lagu itu, Assegaf?" Ia setengah terisak.

"Lagu itu tanda aku merelakanmu, Adeline." lirih Abi Assegaf. Setelah menghela nafas berat, dia melanjutkan.

"Apa yang bisa kauharapkan dariku? Aku hanya akan menyusahkanmu dengan kebutaanku."

"Bagaimana kalau aku peduli? Apakah kebutaan matamu membutakan hatiku? Tidak, Assegaf."

Benang-benang kusut di kepala Calvin mulai terangkai. Ia meraba tujuan Adeline mendatangi mantan suaminya. Getaran menghebat di dada Calvin. Tepat di depan matanya, ia saksikan kekuatan cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun