Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[3 Pria, 3 Cinta, 3 Luka] Malaikat Tampan Bermata Sipit Itu Menangis

4 Februari 2019   06:00 Diperbarui: 4 Februari 2019   06:00 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah mewah itu menjulang angkuh di tepi pantai. Sebentuk bangunan bernuansa off white berdiri dilatarbelakangi birunya laut dan hamparan pasir putih. 

Hunian dengan empat kamar utama, dua kamar tamu, enam kamar mandi full marmer, dan kantor. Antara rumah dan kantor dipisahkan selasar pendek berumput hijau.

Sofa lembut berwarna broken white, permadani tebal, dan meja berkaki ramping memenuhi ruang tamu. Anak-anak tangga terbuat dari marmer. Lampu kristal besar dan menawan menggantung dari langit-langit.

Berbeda dengan ruang tamu, dapur rumah itu berlantai kayu. Pemiliknya memadukan kayu dan stainless dalam kabin set. Rumah semewah ini, menunjukkan pemiliknya sangat kaya. Siapakah pemiliknya?

"Tuan Assegaf sedang shalat Dhuha," lapor seorang pelayan bercelemek putih.

Calvin mengangguk sopan. Kembali duduk di sofa. Revan menemaninya. Kegugupan mengalir, ia baru pertama kali datang untuk bekerja di sini.

"Tenang saja. Abi Assegaf orangnya baik. Kamu pasti nyaman di sini."

Entahlah, Calvin tak mudah percaya orang lain. Dia pun mau melakukan ini karena terdesak: demi biaya pengobatan dan karena bujukan Revan. Intuisinya mengatakan, ini pilihan terbaik.

Seperempat jam kemudian, terdengar derap langkah menuruni tangga. Pria tampan berparas Timur Tengah dan berumur sekitar 50-an mendekati mereka. Tatapannya meneduhkan. Sekali pandang saja, hati Calvin terasa sejuk.

"Assalamualaikum, Tuan Assegaf." sapanya. Dalam hati memarahi lidahnya yang tak bisa fasih melafalkan salam dalam agama Islam itu.

"Waalaikumsalam. Panggil saya Abi Assegaf," balas pria itu. Suara barithonnya lembut dan berwibawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun