Layar hitam. Sesaat cahaya biru berpendar, memperlihatkan tujuh anak lelaki umur 10-11 yang sangat berbakat. Abi Assegaf terbaring di tempat tidurnya, pandangannya tertumbuk ke arah anak yang paling tampan. Anak bersuara lembut yang kelak menjadi malaikat perawatnya.
Kepedihan hatiku
Untuk merelakan kepergianmu... (Luluh-Icil Divo).
Suara anak itu lembut sekali. Pasti sekarang ia sudah besar. Di tengah sepinya, di tengah kesakitan yang menggerogoti kedua matanya, Abi Assegaf berdoa agar dipertemukan dengan anak bersuara malaikat itu.
"Adica terlalu sibuk...Adeline sudah pergi. Betapa bahagianya bila aku dirawat anak itu. Tapi...mana mungkin?"
Kesepian seperti pembunuh berdarah dingin. Obat kesepian adalah kasih. Namun, siapakah malaikat yang mampu memberikan kasih untuk pria setengah buta nan kesepian ini?
Anak Tionghoa bersuara lembut itu kini tumbuh menjadi pemuda tampan. Pilihan hidupnya tak biasa. Seorang lelaki menjadi caregiver. Namun, ia menentang ketidakbiasaan itu.
Pukulan-pukulan menghantam tubuhnya. Ia tersungkur mencium jalan. Darah berceceran.
"Ngakunya miskin kok punya apartemen mewah! Masa laki-laki jadi caregiver?"
Sekumpulan pemuda berseragam basket itu tertawa mengejek. Puas menganiaya Calvin, mereka kabur. Pemuda bermata biru diikuti pria oriental separuh baya bergegas mendekat. Mengobati luka-lukanya. Hancur hati mereka melihat malaikat yang terluka.