Kejadiannya di hari kedua ujian proposal. Saat itu, Young Lady cantik tengah menunggu giliran ujian. Teman-teman berkumpul di kanan-kiri Young Lady. Mereka sibuk membicarakan proposal dan hasil ujian. Young Lady hanya diam...ehm, seperti lagunya Padi. Diamnya karena Young Lady cantik memperbanyak doa.
Meski diam, Young Lady masih bisa mendengar dan memperhatikan mereka. Tetiba salah seorang teman perempuan berlari ke arah kami dan berseru,
"Aku lulus tanpa revisi!"
Spontan seisi koridor ramai menyerukan selamat. Seorang gadis cantik mengatakan bahwa lulus tanpa revisi adalah kado pernikahan baginya. Perkataannya sukses membuat Young Lady cantik mengerutkan dahi.
Kado pernikahan? Mengapa dia bilang begitu? Young Lady yakin dia tidak bercanda. Ataukah Young Lady cantik yang kudet? Bisa jadi. Young Lady kan tidak terlalu dekat dengan mereka.
Waktu berlalu. Setelah sedikit mengumpulkan ketenangan, Young Lady bergabung dan ikut mengobrol. Dari gadis cantik yang duduk di sebelah kanan, tahulah Young Lady bila teman yang proposalnya lulus tanpa revisi itu memang akan menikah dua hari lagi. Wow, baru dengar Young Lady.
Senang? Pastinya dong. Perasaan ikut bahagia saat orang lain bahagia. Mendoakan? Tentu saja. Dalam hati, Young Lady berdoa agar pernikahannya bahagia, sakinah, mawadah, dan warahmah. Tidak ada doa agar ia dan suaminya kelak segera mendapat keturunan. Young Lady punya alasan sendiri untuk tidak mendoakan hal itu. Nanti Young Lady ceritakan.
Begitu si teman yang akan menikah datang lagi, Young Lady langsung memeluknya. Young Lady beri dia pelukan khas Timur Tengah, seperti yang dilakukan tokoh Revan dan Abi Assegaf di Langit Seputih Mutiara.
"Aku belum mengucapkan selamat padamu, My Dear. Selamat menempuh hidup baru."
Rasanya, aura dan ruh sosok Revan Tendean merasuk ke dalam diri Young Lady. Banyak bagian Revan ada dalam diri Young Lady cantik.
Dia mengucap terima kasih, lalu buru-buru pergi. Hati Young Lady menghangat. Senang mendengar kabar bahagia.
Diam-diam, Young Lady berkaca pada diri sendiri. Teman yang akan menikah itu lumayan baik. She's mature and kind. Pantas bila mendapatkan jodoh yang baik di akhir studi.
Tentu saja berbeda dengan Young Lady cantik bermata biru. Sedikit membandingkan dengan teman-teman lain, Young Lady merasa tidak pantas mengharapkan ikatan sakral. Orang-orang seperti Revan dan Young Lady mungkin pantasnya selibat saja.Â
Bila pun saat ini ada cinta untuk yang lain, Young Lady tak berani menaruh harapan. Realistis sajalah. Toh yang dicintai juga direbut terus oleh keluarganya. Young Lady cantik tak pernah ada dalam prioritasnya, tak penting untuknya. So, dari pada menaruh harapan di ujung bintang, Young Lady mencari aman: menyelipkan spirit selibat rupawan ala Revan di dalam diri.
Sosok Revan diceritakan sebagai pria keturunan Manado Borgo, berparas rupawan, dan bermata biru. Revan digambarkan tidak menikah. Bukan karena tidak laku, tapi karena berulang kali gagal menjalin hubungan asmara dan bersikap realistis. Dari pada hidup menikah, Revan memberikan hidupnya untuk hal-hal lain.
Young Lady cantik kenal sejumlah orang berparas rupawan yang memilih hidup tanpa menikah. Mereka rupawan, namun tak termiliki. Bukan hanya dari kalangan rohaniwan, tetapi juga awam yang menapaki hidup tanpa pernikahan. Paras mereka rupawan, hati mereka tak termiliki pasangan.
Oh ya, Young Lady mau jelaskan kenapa tidak mendoakan keturunan. Menurut Young Lady, pernikahan tidak mutlak harus ada keturunan. Jika tujuannya mendapatkan keturunan, itu bukan menikah namanya. Tapi bayi tabung.
Keturunan itu rezeki. Terserah Tuhan mau memberi atau tidak. Keturunan bukan gaji seperti yang didapatkan tiap bulan bila sudah bekerja.
Itulah sebabnya tiap kali ada pernikahan, Young Lady tak pernah mendoakan hadirnya keturunan bagi pasangan pengantin. Keturunan tidak harus ada kok dalam pernikahan. Buat Young Lady, dua orang yang menikah pun bisa tetap bahagia walau tanpa keturunan.Â
Bahkan, misalnya Young Lady ditakdirkan menikah pun, Young Lady sama sekali tak keberatan memiliki pasangan infertil. Biasa saja, terima saja. Kompasianers, bagaimana menurut kalian?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H