Dua pria tampan yang paling berarti dalam hidupnya itu berbalik. Arlita menatap mereka, matanya berkaca-kaca. Tak bisakah orang berhenti mempertengkarkan perbedaan?
Perbedaan bukan untuk dipertengkarkan. Menyedihkan sekali bila ada orang yang diusir, dicampakkan, dilukai, dan dijauhi hanya karena ia memeluk keyakinan yang berbeda. Tuhan Maha Penyayang.Â
Akankah pada hari pengadilan, dimana seluruh manusia dikumpulkan di depan Tuhan, Dia menyia-nyiakan hati yang baik lalu mengangkat orang-orang jahat ke sisi singgasanaNya? Mungkin setelah pengadilan Tuhan, orang-orang berbeda keyakinan akan terpisah. Selagi masih di dunia dan belum terpisah, mengapa harus saling melukai?
Arlita malu, sangat malu memiliki ayah intoleran. Sifat intoleran Rudolf ttidak diwarisinya. Ia bergerak ke sisi Assegaf, lalu memeluknya.
"Assegaf, jangan pergi..." bisiknya.
Tak ada jawaban. Hanya belaian lembut penuh kasih. Mata Arlita terpejam. Disandarkannya kepalanya ke dada Assegaf.
Hati Rudolf dibakar kemarahan. Dia benci sekali putrinya dipeluk Assegaf. Dibandingkan Assegaf, Yonathan si mantan Seminaris itu lebih baik baginya. Mata hati Rudolf sungguh telah buta.
** Â Â
Daun daun yang berjatuhan
Yang ditiup angin malam