Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Langit Seputih Mutiara] Es Krim, Wanita Perusak dan Hidup Indah

1 Desember 2018   06:00 Diperbarui: 1 Desember 2018   06:06 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pekerjaan sebagai supir menuntutnya cepat tanggap. Ia harus selalu siap bila dibutuhkan tuannya kapan pun. Terlebih, anak tuan besar yang dilayaninya tiap hari memiliki kesibukan dan mobilitas yang tinggi. Anak itu bukan mahasiswa biasa. Dia ketua unit kegiatan paduan suara mahasiswa. Selain itu, ia juga seorang model, penulis skenario, dan penyanyi.

Mendengar cerita si supir tentang kehebatan anak majikannya, Abi Assegaf teringat Calvin. Pemuda tampan yang telah dianggapnya anak sendiri itu juga seorang model dan blogger. Kondisi kesehatannya saja yang memaksanya vacum sementara dari dunia modeling. Sama seperti Adica dan Syifa, Abi Assegaf memiliki kebanggaan tersendiri pada Calvin.

Lama mereka mengobrol. Mulai dari soal pekerjaan, berita-berita terkini, sampai pelajaran hidup. Abi Assegaf senang berbicara dengan orang baru. Banyak pelajaran hidup yang didapatnya. Pelajaran hidup yang belum tentu bisa didapat dari mewahnya ruang kerja, sejuknya kantor, dan ramahnya para bawahan.

Sebelum berpisah, Abi Assegaf memberikan dua porsi es krim berlapis saus cokelat dan strawberry. Supir itu senang sekali menerimanya. Pemberian kasih dari teman bicara yang menyenangkan. Pertemuan dengan Abi Assegaf meninggalkan kesan semanis es krim yang kini dinikmatinya.

**       

"Mau makan siang dimana, Sayang?" tanya Abi Assegaf, mengarahkan mobilnya ke ruas jalan di dekat balai kota.

Syifa berpikir sejenak. Memilih-milih ingin makan siang dimana. Mengecek rekomendasi resto-resto terdekat dari pusat kota via aplikasi. Sesaat kemudian, pilihannya jatuh pada resto dengan menu-menu Western tepat di samping balai kota. Resto satu itu mendapat lima bintang. Reputasinya bagus di mata para traveler dan food blogger.

Tiba di resto, tak perlu menunggu lama lagi bagi Syifa untuk memilih steak sebagai menu makan siangnya. Sejak dulu, si putri kampus tak bisa lepas dari steak dan buah anggur. Anggur buah favoritnya, steak makanan kesukaannya. Selera yang sangat Western, begitu kata Adica dan Arlita. Mungkin bawaan gen dari Arlita yang bedarah Indo-Jerman.

Sementara itu, Abi Assegaf tak terlalu suka menu Barat. Ia lebih suka menu Timur Tengah. Demi anak, ia mau berkompromi.

Guess di pergelangan tangan Abi Assegaf berputar di angka dua belas. Ia bangkit dari kursinya. Pelan meraih tangan Syifa. Paham maksud Abinya, gadis dengan long dress merah marun itu ikut berdiri.

Mereka berdua melangkah ke mushala. Waktunya shalat Zuhur. Ibadah nomor satu, dimana pun mereka berada. Syukurlah Muslim taat macam Abi Assegaf dan Syifa tinggal di Indonesia. Mudah menemukan tempat ibadah agama mereka dimana-mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun