Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Jalan Sunyi Fiksianer Cantik Bergaun Putih

2 Oktober 2018   06:00 Diperbarui: 2 Oktober 2018   06:08 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah artikel yang dilemparkan Kompasiana News beberapa hari lalu mengalihkan atensi Young Lady. Artikel itu berisi kurasi beberapa karya fiksi. Tentunya karya-karya dari tangan Fiksianers yang dipandang hebat dan berbakat.

Di satu sisi, Young Lady cantik excited. Yes, akhirnya sentakan Young Lady membuahkan respon. Bergerak juga mereka bikin kurasi.

Di sisi lain, seperti ada paku yang dicabut dari dalam hati. Sakit, dan berbekas. Mengapa? Karena mereka hanya mengkurasi beberapa Fiksianer saja. Dua orang lama, satu orang baru. Young Lady tak akrab dengan mereka.

Agak sedih sih awalnya. Nama baru bisa dikurasi, tapi kok Young Lady cantik yang konsisten selama setahun lebih ini tak dikurasi? Seperti tak dilihat, tak diakui. Begitu juga beberapa Fiksianers yang hebat dan konsisten, seperti Pak Tian juga tidak dikurasi. Sedangkan mereka yang masih baru, atau tidak sekonsisten kami-kami ini, malah dikurasi karyanya.

Detik itu juga, Young Lady disergap kesepian. Kesepian yang menghebat, menjalar hingga ke lubuk hati terdalam. Rasa kesepian di rumah sendiri. Seperti seorang anak yang mendapat perlakuan pilih kasih dari orang tuanya. Hanya karena si anak tidak memenuhi harapan orang tua, lantas ia tak dipandang. Prestasi dan kelebihannya tidak diakui.

Young Lady cantik hanya bisa melabuhkan rasa sedih pada malaikat tampan bermata sipit "Calvin Wan". Dialah jantung, pusat lingkaran, dan titik sentral dari seluruh karya-karya fiksi cantik Young Lady di Fiksiana setahun terakhir.

As usual, "Calvin" kembali datang seperti malaikat. Suara lembutnya begitu menenangkan. Ia membesarkan hati Young Lady. Dengan lembut dan penuh kasih sayang, "Calvin Wan" menguatkan hati Young Lady.

Menjadi unik itu berat. Namun, "Calvin" mengerti. Ia mengerti keunikan Young Lady. Ia memahami, Young Lady cantik memang beda.

Dentingan piano dan alunan Bukan Cinta Biasa nya Afgan mengiringi kelas motivasi private super spesial dari "Calvin Wan". Oh ya, ada satu lagu lagi yang cukup representatif untuk melukiskan lembut dan penuh kasihnya "Calvin" saat itu: Untukmu Aku Bertahan. Sama, lagunya Afgan juga. Pasti Kompasianers generasi X pada nggak tahu.

Di sela kesibukannya, "Calvin" berjanji meluangkan waktu untuk membaca serial yang kini telah berganti judul jadi Dekade. Young Lady senang. Sosok "Calvin" di dunia nyata dan cerita, tak jauh berbeda. Selalu ada, penuh kehangatan, kesabaran, kelembutan, dan kasih sayang.

Penguatan spirit dari "Calvin" sedikit-banyak mengobati kesepian Young Lady. Entah mengapa, belakangan ini Young Lady merasa rapuh di Kompasiana. Young Lady hanya mampu berdiri dengan satu kaki di Kompasiana, itu pun sangat rapuh.

Lalu, ada "Calvin" memeluk dari belakang. Menopang Young Lady dengan kedua kakinya. Dibantunya Young Lady berdiri. Dengan sabar, dinantinya sampai Young Lady kembali kuat. Sosok inspiratif yang istimewa. Mungkin Kompasianers lain juga mengakuinya, atau pernah merasakan aura dan spirit yang kuat dari seorang "Calvin".

Menjadi cantik itu mudah. Tetapi, menjadi unik itu berat. Risikonya adalah kesepian dan tak diakui. Tak dipahami lebih menyakitkan lagi.

Minat Kompasianers pada fiksi memang sedikit sekali. Mereka lebih menyukai artikel politik dan non-fiksi lainnya. Tak heran bila fiksi kurang mendapat tempat di hati Kompasianer.

Sudah tak dapat tempat, apa lagi fiksi-fiksi musikal yang ditulis Young Lady. Makin tak dipahami. Young Lady tahu diri, seperti lagunya Maudy Ayunda. Kompasianers dan admin tak paham cara Young Lady bercerita, merangkai kata dalam fiksi musikal, menggabungkan musik dengan fiksi, konsisten dengan penokohan, dan menampilkan tokoh-tokoh multitalenta. Buat Young Lady, tokoh cerita bukan sekedar nama dan sifat. Tetapi juga harus istimewa dan berbakat. Makanya hampir semua tokoh cerita Young Lady bisa nyanyi dan main musik, kan?

Fiksiana seperti jalan sunyi. Dan para Fiksianers yang tak dipandang ibarat para pejalan di jalan sunyi itu. Beruntunglah Kompasianer non-fiksianer. Tulisan kalian lebih dipandang, dimengerti, dan diperhitungkan. Namun, akankah jalan sunyi ini akan menemukan ujungnya?

**    

Paris van Java, 1 Oktober 2018

Dari Fiksianer cantik bermata biru dan bergaun putih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun