Lalu, ada "Calvin" memeluk dari belakang. Menopang Young Lady dengan kedua kakinya. Dibantunya Young Lady berdiri. Dengan sabar, dinantinya sampai Young Lady kembali kuat. Sosok inspiratif yang istimewa. Mungkin Kompasianers lain juga mengakuinya, atau pernah merasakan aura dan spirit yang kuat dari seorang "Calvin".
Menjadi cantik itu mudah. Tetapi, menjadi unik itu berat. Risikonya adalah kesepian dan tak diakui. Tak dipahami lebih menyakitkan lagi.
Minat Kompasianers pada fiksi memang sedikit sekali. Mereka lebih menyukai artikel politik dan non-fiksi lainnya. Tak heran bila fiksi kurang mendapat tempat di hati Kompasianer.
Sudah tak dapat tempat, apa lagi fiksi-fiksi musikal yang ditulis Young Lady. Makin tak dipahami. Young Lady tahu diri, seperti lagunya Maudy Ayunda. Kompasianers dan admin tak paham cara Young Lady bercerita, merangkai kata dalam fiksi musikal, menggabungkan musik dengan fiksi, konsisten dengan penokohan, dan menampilkan tokoh-tokoh multitalenta. Buat Young Lady, tokoh cerita bukan sekedar nama dan sifat. Tetapi juga harus istimewa dan berbakat. Makanya hampir semua tokoh cerita Young Lady bisa nyanyi dan main musik, kan?
Fiksiana seperti jalan sunyi. Dan para Fiksianers yang tak dipandang ibarat para pejalan di jalan sunyi itu. Beruntunglah Kompasianer non-fiksianer. Tulisan kalian lebih dipandang, dimengerti, dan diperhitungkan. Namun, akankah jalan sunyi ini akan menemukan ujungnya?
** Â Â
Paris van Java, 1 Oktober 2018
Dari Fiksianer cantik bermata biru dan bergaun putih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H