Berhijrahlah, dan jalani hidup apa adanya. Jalani hidup dengan wajar. Berhijrahlah, dan tetap jadi sosok friendly. Silakan berhijrah, tapi jangan lupa menikmati hidup. Karena hidup hanya sebentar. Genggamlah dunia seolah kau akan hidup selamanya, genggamlah akhirat seakan kau akan mati besok. Tuhan pun menginginkan keseimbangan untuk hambaNya. Tuhan tak melarang kita menikmati hidup, asalkan tetap pada batas-batas yang ditentukanNya.
Last but not least. Para pelaku hijrah, janganlah menjustifikasi teman-teman kalian yang punya pilihan lain selain berhijrah. Jangan hanya karena kalian berhijrah, lalu mudah saja bagi kalian untuk menjustifikasi. Hijrah seharusnya membuat hati lebih lembut dan pikiran lebih terbuka. Jangan menghakimi teman-teman kalian yang masih suka traveling, nonton konser, menikmati film asing, dan memakai pakaian seksi. Jangan jadikan hijrah sebagai dalih untuk anti musik, kenikmatan dunia, dan masa depan cerah.
Jangan kira Young Lady asal bicara. Setelah ini, Young Lady cantik siap bila harus didatangi haters lagi. Silakan saja menghakimi, toh masih lebih banyak Kompasianers yang sayang Young Lady.
However, Young Lady pernah tahu rasanya. Bukan berhijrah sih tepatnya, hanya berhijab. Itu pun tidak syar'i. Sungguh, Young Lady tahu rasanya. Tapi, seiring berjalannya waktu dan mendewasanya pikiran, Young Lady punya pilihan selain itu. Ada pilihan lain yang menanti Young Lady. And then, Allah Maha Penyayang. Allah masih penuh cinta walau Young Lady memilih yang lain. That's all.
Oh ya, Young Lady percaya. Konsep hijrah tidak hanya dalam agama Islam. Agama-agama lain pun pasti membuka pintu lebar-lebar bagi umatnya yang ingin berhijrah. Mungkin, istilahnya saja yang beda.
 Kompasianers, pernahkah kalian punya pengalaman tak menyenangkan tentang hijrah?