Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sentilan Buat Mereka yang Berhijrah

15 September 2018   06:00 Diperbarui: 15 September 2018   08:26 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketiga, hijrah demi mencari pujian. Nah, ini lebih parah lagi. Sudah jelas kemurniannya dirusak. Banyak orang berhijrah hanya agar dirinya dianggap baik, alim, agamis, dan layak diperhitungkan. Hijrah untuk mencari pujian, sama saja jual-beli dengan Tuhan. Kalian menjual hijrah, berharap Tuhan membelinya dengan pujian. No way.

Ok, clear. Tadi itu hanya tiga motif terburuk orang berhijrah. Semoga kalian tidak termasuk di dalamnya ya.

Buat kalian yang sudah berhijrah atas nama Tuhan, congrates. Hijrah itu mudah. Konsistennya yang susah. Right?

Selain itu, jaga niat. Kalau dari awal niat hijrahnya karena Tuhan, ya sudah. Jangan dicampuri niat macam-macam.

Just so you know, Young Lady cantik menulis ini karena dorongan rasa kesal bercampur gemas dalam hati. Jujur saja ya. Young Lady kenal orang-orang yang memutuskan berhijrah. Rerata milenials yang mengaku tercerahkan. Ok fine, awalnya bagus sih. Bagus banget malah. Mereka jadi kelihatan agamis dan inspiratif. Beberapa di antara mereka tak ragu menceritakan kronologi berhijrahnya pada Young Lady.

Di satu sisi, ada orang yang tidak berubah walaupun sudah berhijrah. Tidak berubah dalam arti, ia tetap mau berteman dengan siapa saja. Tidak menutup diri, tidak merasa eksklusif. Tetap akrab dengan orang-orang yang tidak berhijrah.

Di sisi lain, ada yang sikapnya berubah drastis selepas berhijrah. Ia seakan mundur dari lingkaran pertemanan. Tak mau melebur dalam kehidupan anak muda kekinian yang normal. Mengubah network pergaulan. Menjustifikasi orang-orang yang masih belum benar dalam pandangannya.

Lebih parah lagi, ada pula yang mengaku sudah berhijrah, tetapi memamerkan hijrahnya kemana-mana. Rasanya Young Lady ilfeel sekaligus ingin tertawa menyaksikan tingkah para pelaku hijrah satu ini. Mereka spesies hijrah yang memperlihatkan hijrahnya di mata dunia. Menggelikan, para pelaku hijrah macam ini layak diberi cermin lalu disuruh introspeksi lagi.

Di kelas Young Lady, ada dua orang gadis dan pemuda yang memutuskan berhijrah. Mereka tampil sangat agamis. Sang gadis tak lagi mengenakan celana jeans. Kini ia lebih suka membalut tubuhnya dengan baju-baju panjang. Sementara itu, sang pemuda tampil sangat, sangat sederhana. Begitu sederhananya sampai-sampai jadi agak menjijikkan dan menyebalkan di mata Young Lady. Bagaimana tidak, pemuda ini datang ke kampus memakai sandal! Model celananya pun ketinggalan zaman. Padahal, di kampus sangat dilarang bagi mahasiswanya memakai sandal. Dosen lebih suka mahasiswa bersepatu. 

Mungkin, ceritanya pemuda ini ingin meninggalkan kenikmatan dunia. Tampil sederhana menjadi salah satu ekspresi hijrahnya. Anehnya, pemuda satu ini malah disukai banyak gadis. Bahkan, gadis yang hijrah itu juga pernah menyukai si pemuda sandal-yah sebut saja begitu-. Pemuda sandal itu hanya bermodal otak cerdas dan pengetahuan agama yang luas. Dengan IP menyentuh angka 4, penampilan sederhana, dan otak brilian, si pemuda sandal berhasil mencuri hati. Young Lady satu dari sedikit gadis lainnya yang tidak tertarik padanya.

Untuk mereka yang berhijrah, Young Lady beri sedikit sentilan boleh ya? Boleh saja berhijrah, tapi tetap pada porsinya dan jangan berlebihan. Hijrah bukan berarti harus ekstrem, kan? Berbeda boleh, tapi jangan sampai membuat orang lain tidak nyaman dan segan. Berhijrah tidak untuk disegani dan dikagumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun