September datang, yes yes yes. September itu bulan favorit Young Lady. Bulan kesembilan, bukankah sembilan angka cantik?
Datangnya bulan kesembilan membuat Young Lady semakin ingin menebar kebahagiaan dan menyenangkan hati sebanyak mungkin orang. Apa lagi orang-orang yang dicintai. Kalau orang-orang yang pernah mengecewakan or menyakiti Young Lady, no way. Buanglah orang-orang yang bisanya menyakiti dan mengacau ke tempat sampah.
Bicara September, Young Lady heran. Kok Kompasianer nggak sadar sih? September, trus Oktober. Biasanya kan dekat-dekat waktu Kompasianival. Kok belum ada ramai-ramainya sama sekali ya? Apa harus ada pemantiknya dulu?
Ok fine, biarlah kali ini Young Lady jadi pemantiknya. Biarkan Young Lady jadi penggeraknya. Jadi kalian semua ingat. Ingat untuk menominasikan/merekomendasikan Kompasianers yang layak menyabet award tahun ini.
Honestly, Young Lady pribadi merasakan kesenangan tersendiri ketika bisa menominasikan/mencalonkan Kompasianers teruji dan terpercaya untuk jadi nominasi. Seperti yang dilakukan Young Lady tahun kemarin.
Menominasikan orang lain? Kenapa tidak diri sendiri? Oh my Baby, itu terlalu sombong. Mencalonkan diri sendiri sebagai nominasi, penyakit sombong tingkat akut. Kalau Young Lady sih tak mau. Mending mencalonkan orang lain. Lebih berkah, lebih terhormat.
Nah, sebaiknya Kompasianers begitu juga. Jangan berharap diri sendiri yang terpilih. Cukup harapkan orang lain saja, orang yang sungguh kalian suka di Kompasiana.
Anyway, Young Lady jadi penasaran. Kira-kira tahun ini Kompasianivalnya kayak apa ya? Formatnya sama or beda ya, dari tahun kemarin? Dengan sedih, Young Lady berasumsi: kemungkinan Kompasianival tahun ini tak bisa datang karena ada rencana pernikahan bodoh itu. Eits, bukan pernikahan Young Lady. Dari pada married, Young Lady mendingan bisnis. Married terlalu sayang, buang-buang uang hanya untuk mempersunting makhluk jahat bernama lelaki. Lebih bagus kalau simpanannya buat investasi atau bisnis.
Yah, kemungkinan besar Kompasianers takkan menjumpai gadis cantik bergaun putih nan anggun berjalan di area Kompasianival tahun ini, seperti tahun kemarin. Buat yang pernah ketemu di Kompasianival tahun lalu, mungkin ingat Young Lady tampil secharming apa saat itu. Ups...sayangnya, Kompasianival tahun lalu, Young Lady hanya mencurahkan perhatian untuk satu Kompasianer ganteng saja. Cukup aku satu, kayak lagunya Afgan. Well, kayaknya di Kompasianival tahun kemarin, Young Lady bikin Kompasianers jadi keki, apa lagi yang sebenernya pengen ajak ngobrol Young Lady. Yeee, kan Young Lady fokusnya sama satu orang aja. Good.
Entahlah Kompasianival tahun ini. Mudah-mudahan saja Young Lady punya celah untuk hadir. Sebab Young Lady ingin sekali mensupport orang-orang pilihan yang sangat layak menerima Kompasiana Award.
Di tulisan cantik ini, izinkan Young Lady sedikit berimajinasi. Boleh kan? Hal yang bebas dimiliki manusia adalah doa, imajinasi, dan mimpi.
Kalau Young Lady jadi planner kegiatan Kompasianival, hal pertama yang akan dilakukan Young Lady adalah menentukan dress code. Oh iya, ini penting banget. Mengingat ini acara kopdar terbesar, gathering terbesar Kompasianers, dress codenya jangan asal-asalan dong. Harus terstruktur. Nggak boleh urakan, nggak boleh berantakan. Sssttt...Kompasianers tahu nggak? Waktu Kompasianival tahun lalu, my mom sempat bisik-bisik di mobil sambil melihat tampilan para Kompasianers.
"Aduh, tampang-tampangnya kayak seniman ya..."
Mata batin Young Lady langsung tahu maksudnya. Tampang seniman yang dimaksud di sini, artinya kurang positif...maaf. My mom agak kurang setuju dengan penampilan mereka yang datang ke Kompasianival tahun lalu.
Nah, karena ini acaranya Kopdar berskala besar, masa nggak ada dress code sih? Lebih bagus kalau terstruktur. Jika Young Lady perancang Kompasianival 2018, Young Lady akan menentukan dress code: pria memakai jas/tuxedo, wanita memakai dress. Keren kaaaan?
Bukan apa-apa, guys. Bukan karena Young Lady sukanya pakai dress dan suka banget lihat pria berjas ala-ala tokoh "Calvin Wan" gitu. Tapi, karena jas bisa membuat pria lebih rapi dan dress membuat wanita lebih anggun. Yah, walaupun memang agak panas dan berat memakainya, tapi tak ada salahnya memakainya untuk kesempatan itu.
Selain itu, pemakaian jas dan dress oleh Kompasianers bisa meningkatkan image positif dari pengunjung non-Kompasianer. Dari luar, orang-orang awam itu akan mengagumi. Terbentuklah persepsi di hati mereka. Wow, penulis-penulis Kompasiana ternyata bisa rapi, perlente, dan gorgeous juga ya. Wah, mereka fashionable ya. Mau ikutan nulis di Kompasiana ah, biar terlatih modis, elegan, dan trendy. Bukankah dari mata turun ke hati? Memang kesannya terlalu formal, tapi itu bisa menunjukkan kalau penulis/blogger/seniman pun bisa rapi.
Berikutnya, Young Lady akan sangat berhati-hati memilih para penerima Award. Tak ingin salah pilih, Young Lady akan mencoba mengenali track record dan kepribadian para nominator itu. Young Lady akan lakukan pendekatan satu per satu. Kehati-hatian akan semakin ditingkatkan untuk kategori people choice dan Kompasianer of The Year.
Menurut Young Lady, dua kategori itulah yang paling rawan sekaligus paling ideal. Tidak hanya dilihat dari kemampuan menulisnya, tetapi juga dari konsistensi dan kepribadiannya. Kepribadiannya akan kelihatan dalam berinteraksi dengan sesama Kompasianers.
Young Lady cantik takkan ragu mengadopsi sistem pemilihan pageants: brain, beauty, behavior. Rata-rata kompetisi pageants mengandalkan tiga kriteria itu. Eits, jangan nethink dulu. Sebagai yang pernah ikutan pageants meski nggak menang, Young Lady tahu tiga kriteria itu merupakan indikator paling tepat untuk memilih seseorang yang ideal. Nah, tak ada salahnya sistem pemilihan pageants itu diadopsi ke dalam pemilihan penerima Kompasiana Award.
Kita lihat beautynya. Beauty ini tak hanya dari fisik, tetapi dari dalam. Cantik/tampan luar-dalam bagi penerima Kompasiana Award sangat penting. Mereka ibaratnya wakil, role model untuk teman-teman Kompasianers lainnya, duta untuk mempromosikan Kompasiana ke dunia luar. Bagaimana semua mata akan memandang Kompasiana bila duta-dutanya tidak rupawan luar-dalam? Bayangkan, kalau duta-dutanya...maaf, jelek ataupun licik dan culas. Kan bahaya. Makanya itu, melihat beauty itu sangat perlu. Kerupawanan dilihat dari wajah, secantik/setampan apakah mereka? Kerupawanan hati, lihat saja apakah mereka punya inner beauty. Apakah mereka orang-orang yang positif, baik hati, dan berjiwa sosial tinggi?
Lalu, brain. Ini pun tak kalah penting. Kompasianers penerima award haruslah pintar, brilian, dan berwawasan luas. Pintar dan brilian di sini bukan berarti harus lulusan universitas dan nilai-nilainya bagus. Tetapi, pintar di sini ialah punya wawasan yang luas, kedalaman berpikir, kemampuan analisis, logika, dan nalar yang bagus. Sebab pintar tak sebatas terukur dari nilai dan gelar.
Behavior, ini masih berkaitan dengan beauty. Tepatnya inner beauty. Kecantikan/ketampanan dari dalam. Akan tercermin dari tingkah lakunya. Coba saja pantau aktivitas para Kompasianers di sosial media, coba bersahabat langsung dengan mereka, atau menanyai teman-teman mereka. Perhatikan atitude mereka. Perhatikan tingkah laku dan pola interaksi mereka. Check kesantunan mereka di media sosial. Perhitungkan, apakah mereka orang yang santun, baik, suka nyinyir, tersangkut kasus, dll.
Setelah menentukan tiga kriteria di atas, tes integritas tak ada ruginya. Tes integritas? What, apa lagi itu? Begini ya, sorry to say. Sejauh perhatian Young Lady, tak semua Kompasianers tetap konsisten menulis di Kompasiana setelah terpilih sebagai nominator dan Kompasianival berlalu. Ada yang jarang aktif lagi, ada pula yang masih tetap aktif, ada lagi yang vacum sementara, trus baru-baru ini datang lagi. So, apa salahnya bila sekali-sekali para Kompasianers yang terhormat dites integritas?
Actually, Young Lady suka mengetes orang. Entah si orang yang dites sadar atau tidak. Young Lady jadi begini karena pernah dites juga. Dulu, Young Lady dites integritas sebelum masuk organisasi/unit kegiatan mahasiswa. Tes integritas dimaksudkan untuk menguji kesetiaan Kompasianers. Apakah ia akan tetap menulis setelah terpilih sebagai penerima award? Sebaliknya, akankah ia tetap menulis walaupun tidak terpilih dan hanya menjadi nominator? Ini berguna untuk menyeleksi para calon-calon penerima award. Jangan sampai Kompasiana keliru dengan memilih orang-orang sok keren, sok populer, sok eksis, haus popularitas yang hanya ingin mengincar ketenaran dan hadiah. Kalau sudah terima itu semua, ya say good bye. Berasa dimanfaatin, kan? Kita main sportif aja sih.
Ya, kira-kira begitulah gambaran plan Young Lady jika menjadi perancang kegiatan Kompasianival. Kejam ya? Sombong ya? Terkesan menjatuhkan ya? I don't care.
Back to topic. Young Lady rindu, rindu sekali mencalonkan orang lain dalam pencalonan nominasi Kompasiana Award. Sudah terbentuk di kepala Young Lady, siapa saja yang ingin Young Lady calonkan. Sedikit saja, daaan...limited.
Young Lady tidak pilih karena ia raja HL, raja terpopuler, atau raja NT. Tidak, sama sekali tidak. Namun, konsistensi, kualitas tulisan, dan tingkah lakunya yang dilihat Young Lady. Mengadopsi kriteria brain, beauty, dan behavior.
Untuk the best in spesific interest, nampaknya Young Lady tergelitik untuk menyelipkan dua nama. Kak Adica Wirawan dan Pak Hensa (Hendro Santoso). Dua orang ini, selain kualitas tulisannya oke, mereka lumayan konsisten juga. Dan mereka cukup baik, kelihatan dari penerawangan spiritual Young Lady.
Untuk the best fiction, Young Lady ingin mencalonkan...taraaaaa. Pak Tian (Rustian Al Ansori). Alasannya, Pak ganteng dan kece dari Sungai Liat ini sudah pernah membuat buku antologi puisi bersama pegiat sastra lainnya di Pulau Bangka. Beliau dan kawan-kawannya berjuang di tengah sepinya geliat sastra. Keren kan? Strong ya? Harus dicontoh tuh. Luar biasa. Di samping itu, konsistensi Pak Tian ini begitu memikat. Sehari bisa lebih dari satu puisi yang ditulisnya. Hebat, Young Lady aja belum tentu beres bikin puisi sebiji dalam sehari. Kalau Pak Tian ini, istimewa.
Tapi, tapi tapiiii...yang lebih istimewa lagi adalah people choice. Young Lady ingin, ingin sekali mencalonkannya. Seribu persen ingin dia terpilih. Buat kategori people choice, Young Lady cantik mencalonkan malaikat tampan bermata sipit. Ia berwajah tampan, bersuara bagus, story teller yang baik, hatinya pun rupawan. Tampan luar-dalamlah pokoknya. Sikap dan tingkah lakunya jangan diragukan lagi. Sabarnya teruji, baiknya menginspirasi, tegar ketika dilukai, dan tulus mengasihi. Kalau misalnya dia perempuan dan mengikuti ajang Miss Indonesia, sosok Kompasianer ini layak menyabet gelar Miss Persahabatan. Karena ini ajangnya Kompasianival, si malaikat tampan ini layak menerima people choice. Sorry, a charming angel, aku sekilas mengandaikanmu menjadi wanita. Soal brain, wah tak perlu ditanya. Wawasannya luas. Lihat saja artikel-artikel ekonomi, bisnis, dan humanioranya. Sering jadi pangeran HL dan pangeran NT. Dialah malaikat yang turun di Kompasiana. Inspirasi di balik "Calvin Wan". Satu-satunya yang mengulurkan tangan dengan penuh kasih untuk membela Young Lady. Tak perlu disebut lagi, kalian tahulah siapa maksud Young Lady. Dan dia inilah yang sekarang membantu menayangkan dan menjadwalkan tulisan-tulisan cantik Young Lady. Tahu kan siapaaa? Setujukah Kompasianers kalau dia yang jadi people choice? Kalau setuju, toast dulu sama Young Lady.
Kompasianers, kalau kalian disuruh mencalonkan nominator, siapakah yang ingin kalian rekomendasikan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H