Pernah Young Lady jumpai pria-pria semacam ini. So, Young Lady selalu menuliskan kisah "Calvin Wan" yang tidak mampu meneruskan keturunan keluarga, tetapi ia bisa menjadi ayah yang baik. Kisah-kisah "Calvin Wan" adalah antitesis, antitesis dari anggapan bahwa pria sehat yang bisa meneruskan keturunan keluarga jauh lebih baik. Di sisi lain, tak semua dari mereka yang cukup sehat untuk memenuhi harapan keluarga adalah orang baik.Â
Terkadang, justru mereka yang infertillah yang jauh lebih baik dan tulus. Lama merindukan datangnya keturunan, mereka menjadi lebih penyayang pada anak-anak. Mereka inilah yang kebaikan dan hatinya sering tak dilihat. Kebanyakan hanya melihat objeknya saja. Mereka inilah yang sebenarnya berpotensi menjadi the best father, a hot daddy, dan semacamnya.
Waktu kecil, Young Lady dekat dengan seorang guru pria yang sangat baik. Selain menjadi guru, beliau juga punya beberapa usaha sampingan. Alhasil guru pria ini jauh lebih kaya dari kolega-koleganya.Â
Beliau baik sekali pada Young Lady. Young Lady diperlakukan seperti anak olehnya. Beliau mengistimewakan Young Lady cantik dibandingkan murid-muridnya yang lain. Sayangnya, meski kaya dan baik hati, guru pria dan istrinya ini tak punya keturunan. Belasan tahun menikah, tak ada satu anak pun mereka miliki.
Young Lady juga kenal seorang pria baik yang hidup sendiri dan menjadi ayah tunggal. Pria ini putra seorang pengusaha, dan ia pun mengikuti langkah ayahnya. Pria ini menjadi ayah tunggal untuk anak adopsinya.Â
Bukan anak biologisnya. Ia bahagia sekali membesarkan anak tunggalnya dengan tulus, meski tak ada ikatan biologis. Meski seorang pria dan sangat sibuk, ia tak pernah canggung menyuapi dan mengurus anaknya dengan kedua tangannya sendiri.
Honestly, Young Lady salut dengan pria-pria semacam itu. Di mata Young Lady, pria infertil berhati malaikat jauh lebih berharga dibandingkan pria sehat berhati jahat. Lebih baik mencari kebaikan dari pada keturunan. Anak bisa dicari, tapi kebaikan dan ketulusan sulit dicari. Selibat dan infertil jauh lebih baik. Kompasianers, kalau kalian pilih mana?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H