Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Panggilan Sayang dan Teori Labelling: Apakah Selalu Negatif?

5 Agustus 2018   06:02 Diperbarui: 5 Agustus 2018   06:04 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bisa saja karena orang yang dilabeli itu memang beda, lain dari pada yang lain. Bisa juga bermaksud menandai, memberi tanda khusus. Sering terjadi seseorang lebih ingat panggilan bertajuk label/julukan dari pada nama aslinya. Seperti yang dikisahkan Andrea Hiratta dalam Novel Maryamah Karpov. Kata Andrea, orang-orang lebih ingat nama panggilannya, Ikal, dari pada nama aslinya, Andrea.

Pemberian julukan/pelabelan bisa pula berarti tanda keakraban. Makin akrab relasinya, makin tak segan para pelaku di dalam relasi tersebut saling memberi julukan. Label yang diberikannya dijadikan panggilan akrab.

Lain halnya bagi pasangan. Entah itu kekasih maupun suami-istri. Pemberian label dan panggilan khusus artinya bahasa cinta. Bahasa cinta yang hanya dipahami maknanya oleh mereka berdua. Semakin banyak bahasa cinta yang hanya dipahami berdua menunjukkan kian eratnya suatu hubungan cinta.

Labelling, pemberian panggilan khusus, panggilan sayang, dan semacamnya, dapat digunakan dengan positif. Label-label positif yang dilekatkan dapat memotivasi penerimanya untuk berbuat positif pula. Misalnya, jika seseorang dilabeli malaikat, berhati malaikat, atau sejenisnya, lama-kelamaan ia akan tergerak untuk menumbuhkan sisi malaikat dalam hatinya. Alhasil ia takkan ragu berbuat banyak kebaikan.

Meski demikian, tak dapat diingkari, ada pula yang menggunakan pelabelan untuk tujuan negatif. Menjelek-jelekkan orang lain, menuduh macam-macam, stereotip, prasangka, dan mental block. Tujuan buruk dalam labelling sangat tidak dianjurkan. 

Bisa berdampak buruk secara psikologis bagi penerima julukan. Bahkan julukan negatif yang dilekatkan padanya rentan menjadi stimulus. Seperti diungkapkan di awal. Labelling dapat membuat seseorang melanjutkan perilaku menyimpang.

Well, ada plus-minusnya ya. Makanya kita harus hati-hati bila ingin memberi julukan pada orang lain. Jangan sampai membuat penerimanya tersinggung dan takkan rela, seperti lagunya Calvin Jeremy. Bilapun ingin memberi julukan, berikan julukan yang positif. Janganlah yang negatif. Kompasianer, kalian punya julukan apa dari teman-teman kalian?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun