Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadi Malaikat untuk Orang-orang Tak Berdaya

1 Agustus 2018   06:12 Diperbarui: 1 Agustus 2018   07:58 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Minggu lalu, di rumah Young Lady cantik ada acara. Yah bukan acara besar sih. Hanya merayakan ulang tahunnya my Daddy. Sudah jadi tradisi keluarga, jika ada yang ulang tahun pasti dirayakan. Tak peduli berapa pun umurnya.

As usual, jika ada acara di rumah, pasti ada satu-dua porsi makanan yang dibagikan. Meskipun bukan hari Jumat yang jadi agenda rutin berbagi keluarga kami. Acaranya jatuh di hari Rabu.

Siangnya, Young Lady bagikan dua porsi makanan. Satu untuk kakek juru parkir minimarket, satu lagi untuk anak-anak piatu yang tinggal di dekat rumah. Kalau yang buat anak piatu, itu urusannya my mom. Young Lady urus kakek juru parkir itu saja.

Young Lady cantik datangi rumahnya. Rumah si kakek tepat di belakang minimarket tempatnya bekerja. Terlihat rumah itu sangat sepi. Kemanakah penghuninya?

Ketuk pintu berulang kali, tak ada jawaban. Cobalah mengintip cantik ke dalam. O-ow...ternyata oh ternyata, kakek juru parkir itu sakit. Kasihan sekali.

Aduh Young Lady jadi malu ketahuan ngintip cantik oleh istrinya. Tapi mau bagaimana lagi? Kalau nggak diintip, nggak tahu dong.

Selidik punya selidik, sudah dua hari si kakek tidak masuk kerja karena sakit. Kasihan, pikir Young Lady iba. Syukurlah Young Lady cantik pada saat yang tepat. Young Lady berikan makanan itu untuknya. Semoga bisa bermanfaat dan berkah.

Dalam perjalanan pulang, Young Lady malah teringat malaikat tampan bermata sipit "Calvin Wan". Ingatan juga melayang ke cerita Melodi Silvi. Dalam cerita itu, dikisahkan "Calvin Wan" begitu baik dan care pada lansia pengidap Alzheimer yang terlantar.

Actually, kebaikan-kebaikan yang ditulis Young Lady dalam cerita, mewujud nyata dalam kehidupan. Young Lady ingin menjadi seperti my charming angel with the slanting eyes "Calvin Wan". Sosok berhati malaikat yang begitu baik pada orang-orang tak berdaya.

Seperti lagunya Dewi Lestari, malaikat juga tahu apa itu kebaikan. Bahkan tugas malaikat sejatinya berbuat kebaikan. Iya kan?

Melihat ada lansia yang masih bekerja menjadi juru parkir di usia senjanya, Young Lady jadi tergerak memperhatikannya. Sejak Ramadan kemarin Young Lady berkenalan dengan kakek tua juru parkir minimarket itu. Itu pun tak sengaja. Di tengah perjalanan berbagi makanan, dia menjadi salah satu penerimanya, dia mengusap-usap punggung Young Lady dengan tangannya yang dihiasi banyak cincin, lalu mendoakan Young Lady agar banyak rezeki dan lancar usahanya. Lancar dalam berusaha, itulah yang paling diharapkan Young Lady belakangan ini. Dan ternyata ada yang mendoakan. Klop, kan? So, sejak saat itu, Young Lady respek dan perhatian padanya. Young Lady bahagia bisa memberi perhatian dan berbagi padanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun