Banyak orang menikah hanya karena ingin meneruskan keturunan. Nah, bagaimana bila teman hidup yang dinikahinya infertil? Tidakkah akan berujung saling mengecewakan dan menyakiti? Ujung-ujungnya pasti perpisahan lagi. Kalau wanita, dipoligami. Kalau pria, diceraikan atau si wanita mencari donor sperma. Infertilitas seakan menjadi pembenaran mutlak untuk bercerai atau menambah istri.
Demi mengurangi risiko, cobalah tanyakan pada teman hidup kalian. Lihat reaksinya. Akan terlihat tulus-tidaknya dia dalam mencintai. Dari sana, akan kelihatan apakah ia sungguh-sungguh mencintai atau hanya menginginkan hal tertentu. Satu pertanyaan itu pun akan mengungkap tujuan pernikahan yang sebenarnya.
Jika luka batin karena cinta bisa dicegah dari awal, mengapa tidak? Kompasianers, bagaimana bila kalian yang merasakan vonis semacam itu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H