Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Jika Aku Infertil..." Tanyakanlah Satu Hal pada Teman Hidup Kalian

24 Juli 2018   06:29 Diperbarui: 24 Juli 2018   08:19 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hidup adalah serangkaian pilihan. Termasuk di antaranya pilihan untuk menikah atau tidak. Menikah ya syukur, tidak menikah juga tidak apa-apa. Semuanya kan pilihan.

Ketika sudah memilih untuk menikah, masih banyak lagi pilihan-pilihan di depan kita. Mau menikah dengan siapa? Bagaimana konsep pernikahannya? Setelah menikah, apa rencana ke depan? Lagi-lagi, kita dihadapkan pada banyak pilihan.

Kalau boleh, Young Lady cantik mau pinjam istilah dari lagunya Tulus: teman hidup. Menikah sama saja memilih teman hidup. Eits, bukan teman biasa ya. Tapi teman hidup, teman untuk menjalani sisa hidup. Teman untuk merenda masa depan, menata hidup, menghabiskan hari tua hingga maut memisahkan.

Setelah menemukan teman hidup yang tepat, saatnya mengajak menikah. Ajakan telah disambut positif. Wait, wait. Sebelum melangkah ke pelaminan, coba tanyakan dulu satu hal ini pada teman hidup kalian. Ya, satu hal. Cukup satu hal saja.

"Apa kau akan tetap bersamaku meski aku divonis infertilitas?"

Ya, that's all. Sesimple itu pertanyaannya. Tapi percayalah, itu pertanyaan yang sangat penting.

Bukan bermaksud mendoakan keburukan. Hanya berjaga-jaga, mempersiapkan diri atas kemungkinan terburuk. Bukankah hidup tak selamanya mulus?

Dari pertanyaan sederhana itu, akan terangkai benang-benang lain. Satu sama lain bisa saling merenungi apa tujuan mereka menikah. Hanya untuk meneruskan keturunankah? Hanya untuk memuaskan kebutuhan biologiskah? Hanya untuk memenuhi harapan orang tua dan status sosialkah? Atau tulus karena cinta?

Mungkin sekilas terdengar bodoh. Kebanyakan orang bertanya masa lalu, penghasilan, latar belakang keluarga, dan restu sebelum menikah. Jarang yang terpikirkan untuk menanyakan kemungkinan buruk yang bisa terjadi bila lembaran baru telah dibuka.

Pertanyaan seperti ini bisa membantu antisipasi dari awal. Antisipasi dari rasa kecewa. Lebih baik tahu dari awal dari pada tahu di akhir dan berujung penyesalan. Lebih baik sakit dan kecewa di awal dari pada di akhir. Jika tidak ingin menerima, ya hentikan. Jika bisa menerima dengan tulus, silakan teruskan.

Kompasianers yang sudah lama baca tulisan-tulisan cantik Young Lady pasti paham. Young Lady selalu antusias mengangkat topik infertilitas, khususnya infertilitas pada pria. Biasanya Young Lady tuliskan dengan cantik ke dalam bentuk cerita. Selalu saja tokoh pria yang divonis infertilitas. Sang pria yang begitu sempurna, tampan, religius, berbakat, dan kaya, ternyata dalam tubuhnya ada penyakit dan dia infertil. Biasanya karakter "Calvin Wan" yang mengambil peran ini. Well, kisah-kisah itu tidak benar-benar fiktif or semi realis. Itu karena Young Lady berhadapan dengan kenyataan. Young Lady ingin menghapus stereotip. Selama ini, wanitalah yang sering disalahkan. Kenyataannya, banyak pria juga sakit dan bermasalah. Munafik bila kesalahan mengenai keturunan dilimpahkan sepenuhnya pada wanita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun