"Wait...ingin kutuliskan dulu di website pribadi dan media jurnalisme warga itu." ujar pengusaha retail dan blogger tampan itu pelan.
"Calvin, apa yang terjadi? Kau kenapa?" desak Young Lady.
Lama pria kelahiran 9 Desember itu hanya mengetikkan sesuatu di iPhonenya. Ia tenggelam dalam tulisan dan pemikirannya sendiri. Young Lady menunggu, menunggu dengan sabar.
"Aku diusir seorang pria Pribumi tulen dari rumahnya." Akhirnya Calvin berkata setelah menyelesaikan dan memposting artikelnya.
"Bagaimana itu bisa terjadi?"
"Ketika aku melamar adik si pria, dia menolak dan mengusirku. Rupanya pria itu mengidap sister complex. Meski adik perempuannya berbeda ibu, dia sangat menyayanginya. Adik perempuannya cantik sekali, tipikal wanita blasteran Jawa-Ukraina. Aku mencintainya. Sayang sekali, sang kakak mengusirku saat aku ingin melamarnya."
"I feel sorry. Pasti kamu sedih sekali, malaikat tampan bermata sipitku."
Air mata malaikat kembali jatuh. Buliran bening yang mengkristal. Pada saat bersamaan, hujan turun perlahan di luar sana. Rinai hujan bersenandung lembut. Melukiskan suasana hati malaikat tampan bermata sipit. Saat hujan turun, saat itulah seorang malaikat menangis.
"Mengapa tokoh protagonis yang tertindas dan teraniaya selalu dari kalangan Non-Pribumi" Tetiba Calvin bertanya. Ada nada memprotes dalam suaranya.
"Memangnya kenapa? Salahkah bila Non-Pribumi yang berada dalam posisi baik? Protagonis kan baik," jawab Young Lady membela diri.
"Iya, tapi kenapa harus beridentitas Non-Pribumi? Kebanyakan kisah Indonesia tokoh protagonisnya Pribumi. Minke Bumi Manusia, Ikal Laskar Pelangi, Hasan Atheis, Srintil trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, Siti Nurbaya, Hanafi Salah Asuhan, Hayati Tenggelamnya Kapal van Der Wijk, Saija-Adinda Multatuli, Azam Ketika Cinta Bertasbih, dan Fahri Ayat-Ayat Cinta. Mereka semua Pribumi, dan mereka digambarkan begitu kuat dengan ciri khasnya. Justru Non-Pribumilah yang sering jadi antagonis. Tapi..."