Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berdialog dengan Tokoh Fiksi, Indahnya Vonis Infertilitas (Bagian 1)

19 Juli 2018   06:00 Diperbarui: 19 Juli 2018   08:11 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kedua alis cantik ini terangkat. Kacamata berbeda? Apa maksudnya itu?

"Kuanggap ini adalah anugerah. Anugerah bahwa aku masih diberi kesempatan untuk menjadi ayah dari anak-anak terlantar dan terbuang lainnya. Meski anak itu tak ada ikatan biologis denganku. Ada kalanya anak tidak lahir dari ikatan darah, tetapi lahir dari hati."

Hati Young Lady bergetar mendengar ucapan yang begitu bijak. Di samping Young Lady, Calvin tetap tersenyum. Sesekali membetulkan kerah jas hitamnya.

"Tegar sekali ya, malaikat tampan bermata sipitku ini. Bagaimana rasanya menjadi ayah angkat?"

"Sangat bahagia. Bagiku, tak ada istilah anak angkat. Anak angkatku juga darah dagingku, permata hatiku. Hanya saja ia lahir dari hati, lahir dari cinta yang tulus di dalam hati."

"Apa yang kaurasakan saat melihat pria-pria seusiamu rata-rata sudah memiliki anak?"

"Biasa saja dan tetap bersyukur. Karena aku sendiri juga sudah memiliki anak. Walau cara mendapatkannya berbeda dari mereka."

"Bagaimana sikap istrimu selama mendampingi suami infertil sepertimu?"

"Di mataku, dia wanita salih. Wanita lembut, setia, penyabar, dan tulus. Jika tak tulus, mana mungkin dia mau bertahan dengan suami infertil? Dengan kondisiku, dia masih bisa bahagia. Keluarganya membenciku, tapi dia tetap mencintaiku. Bertahun-tahun hidup bersama, tak pernah sekali pun ia minta cerai atau berselingkuh demi mendapatkan anak."

"Apa yang pertama kali kaulakukan saat divonis infertilitas?"

"Mengucap 'Innalillahi wa inna ilaihi raji'un' sambil menggenggam tangan istriku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun