Atau mungkin...
Apa yang saya kirimkan terabaikan karena saya menyoroti isu stereotip Non-Pribumi, Muslim Non-Pribumi, dan stereotip dengan begitu jelas di dalam tulisan cantik saya. Tapi, beginilah adanya. Berawal dari sakit hati, saya selalu tertarik mengangkatnya dalam cerita. Sudah pernah saya jelaskan di sini.
Di dalam sinopsis Melodi Silvi pun sudah pernah saya tulis. Islam, dan Non-Pribumi yang memeluk Islam, memang sungguh-sungguh ada. Bahkan banyak. Namun, sering kali stereotip menang.Â
Padahal Islam dan Tuhan itu universal. Tidak mengenal etnis, kan? Nah, itu salah satu poin yang saya ungkap dalam Melodi Silvi. Tapi sepertinya poin itu cukup membuat kiriman saya terabaikan di meja redaksi yang besar dan mewah. Apa artinya tulisan pemberian gadis bodoh yang berusaha mandiri di tengah segala kesulitan?
Seperti lagunya Isyana Sarasvati, saya masih berharap ada respon positif dari Falcon Publishing. Tapi kalaupun tidak ada, izinkan saya menarik Melodi Silvi dan mencari peruntungan di tempat lain. Syukur tidak diabaikan lagi.Â
Saya tetap bertekad merealisasikan harapan saya selama masih ada sisa umur. Never give up. Last but not least. Saya memperjuangkan Melodi Silvi bukan untuk diri sendiri. Melainkan untuk keluarga inti dan orang-orang yang saya cintai. Prinsip saya, toh kalau saya sukses, hasilnya untuk mereka. Tidak untuk saya pribadi.
Salam hangat,
Surat cantik dari Young Lady cantik bermata biru dan bergaun putih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H