Ronald Wan,
Dari awal kedatanganmu di rumah besar Kompasiana, saya tahu ada yang berbeda. Kau tidak seperti Kompasianers lainnya. Voilet, dugaan saya benar. Terutama ketika saya sudah lama mengenalmu dan seiring berjalannya waktu.
Meski kau akan membantah seperti biasa, saya akan tetap katakan kau istimewa. Kau berbeda dari Kompasianers lainnya. Kalau tidak, mana mungkin ada inspirasi untuk "Calvin Wan"?
Ingat apa yang telah kaulakukan, malaikat tampan bermata sipitku? Di saat saya jatuh, di saat masa-masa krisis di Kompasiana, di saat tak ada yang peduli, kautuliskan ini.
Saat tak satu pun yang peduli, kau berinisiatif membela saya dan kau selalu ada untuk saya. Kau menunggu saya, dengan sabar hingga akhirnya saya kembali lagi ke Kompasiana. Itu baru pertama.
Selanjutnya, masih banyak lagi hal-hal yang kaulakukan untuk saya. Hingga akhirnya, datanglah momen itu. Momen dimana kaubacakan sebuah buku untukku di awal tahun 2018: Ayat-Ayat Cinta 2. Bagi saya, kau tak hanya sekadar membaca. Tetapi juga bercerita. You're a good story teller, Ronald. Dengan suara bagus, empuk, dan hearable, kau kisahkan untuk saya sebuah kisah yang indah. Kauluangkan waktumu setiap hari, di sela kesibukanmu, untuk mengisahkan pada saya sebuah kisah inspiratif pembangun jiwa.
Ronald,
Kau tahu? Kisah inspiratif yang kauceritakan pada saya, salah satu theme songnya, dinyanyikan oleh seseorang yang juga inspiratif. Sama sepertimu. Katakanlah dua pria tampan inspiratif berhasil membuat saya kagum. Satu musisi, satunya lagi blogger. Musisi dan blogger tampan itu banyak mempengaruhi tulisan-tulisan cantik saya lewat inspirasi yang mereka berikan.
Ronald,
Bila Calvin Jeremy menginspirasi saya dengan lagu-lagunya, kau menginspirasi saya dengan sikap dan kebaikan hati. Lembutmu, sabarmu, kuatmu dalam menghadapi saya yang terus melukai, justru membuat saya terinspirasi. Makanya sering saya katakan, beberapa lagunya Calvin Jeremy yang berirama begitu slow dan lembut, cocok dengan sifat dan sikapmu.
Ronald,