Anyway, Young Lady selalu menikmati datangnya Ramadan. Tiap detiknya terasa indah. Seindah lagu Terindahnya Calvin Jeremy. Waktu bergulir, tidak terlalu cepat tidak terlalu lambat. Ballance saja. Malah rasanya ingin berlama-lama saja di bulan ini.
Sedih rasanya saat Ramadan akan berakhir. Young Lady cantik hanya berharap, Ramadan tahun depan masih ada umur untuk menyambutnya lagi. Soal umur, siapa yang tahu?
Dari sekian banyak hal yang dirindukan dari bulan Ramadan, ada dua hal yang paling dirindukan Young Lady. Apa saja dua hal itu? Taraaa...berbagi takjil dan suasana malam Ramadan.
Kenapa rindu berbagi takjil? Aapa enaknya coba? Uang habis, nggak dapat apa-apa, belum tentu disambut baik. Pasti Kompasianers mikir gitu, kan? Ya, memang sih berbagi takjil terkesan hanya menghabiskan uang dan tidak menghasilkan apa-apa buat diri si pemberi.
Eits, siapa bilang? Secara psikologis, ada kebahagiaan tersendiri. Bahagia saat memberi. Memberi makanan berbuka puasa sangat bermanfaat, baik untuk si pemberi dan penerima. Malaikat-malaikat menyaksikan perbuatan kita dan mendoakan kita. So, kalau mau didoakan malaikat, bersedekahlah. Bagaimana mau didoakan malaikat kalau kita sendiri tidak memiliki hati malaikat?
Mukjizat sedekah di bulan Ramadan sangat terasa. Young Lady merasakannya sendiri tahun lalu. Banyak pintu-pintu kemudahan terbuka. Alhamdulillah, thanks to Allah. Makanya Young Lady ingin mengulanginya lagi tahun ini. Ramadan tahun lalu tidak full dan intens. Ramadan tahun ini lebih intens lagi, bahkan tiap hari. Asyik dan seru saat berbagi.
Secara logika, mungkin pendapatan/uang akan berkurang. Namun, apakah cara kerja Allah untuk membalas kebaikan manusia bisa diukur dengan logika? Tidak, Kompasianers. Polanya Allah sangat misterius.
Esensi berbagi tiap hari di bulan Ramadan sangat kuat. Rasanya tak ingin kehilangan momen-momen berharga itu. Syukurlah hingga di hari ke27 Ramadan ini, Young Lady masih konsisten dengan target berbagi. Di bulan-bulan lain, Young Lady tetap berbagi dengan cantik. Bedanya, kalau di bulan lain tiap minggu. Bukan tiap hari.
Berikutnya, suasana malam Ramadan. Entah kenapa, Young Lady selalu merindukannya. Malam-malam Ramadan begitu indah, tenang, dan damai. Malam di bulan Ramadan menjadi waktu paling ideal untuk berkumpul dan mendapat kehangatan keluarga. Di awal malam melimpahkan cinta dan perhatian untuk keluarga, di sepertiga akhir malam bermesraan dengan Illahi.
Malam Ramadan menjadi waktu yang sangat indah untuk membangun kemesraan dengan Sang Pencipta. Tidur lebih awal, banyak berzikir, dan terbangun untuk qiyamullail sebelum sahur. Indah sekali. Meski di bulan-bulan lain Tahajud tetap dirutinkan sebisa mungkin. Atmosfernya lebih spesial saja saat malam Ramadan. Menjadi semakin dekat dengan Yang Maha Cinta.
Suasana malam Ramadan takkan terganti dengan malam-malam bulan lainnya. Malam bulan Ramadan terasa lebih hidup. Setiap malam di bulan Ramadan serasa indah. Young Lady tak ingin menyia-nyiakan tiap malam Ramadan yang menyelimuti dengan suasana indahnya.