Sepasang mata sipit bening itu menginspeksi meja besar di depannya. Memperhatikan botol obat, buah-buahan yang belum dikupas, kue yang belum dipotong, gelas kristal berisi air putih, dan notebook. Walau pikirannya masih dipenuhi bayangan kemarahan Silvi, Calvin tetap ingin total dalam melakukan tanggung jawabnya.
"Sebentar lagi Ied Mubarak. Kamu mau tetap di sini atau pulang ke kota kelahirannya Silvi?" tanya Dokter Tian tetiba, seolah bisa membaca pikirannya.
Calvin tergeragap. Belum siap dengan jawaban. Dokter Tian menangkap sesuatu yang lain di wajah tampan itu.
"Kamu bertengkar dengan Silvi soal Ied Mubarak?" tanyanya lagi.
Sulit menyembunyikan sesuatu dari seseorang yang punya mata batin. Intuisinya kuat. Terpaksa Calvin mengangguk. Dokter Tian meletakkan tangannya di pundak pengusaha retail itu.
"Kamu sudah sangat baik pada saya. Tanggung jawab yang seharusnya bukan untukmu, kaulakukan. Tapi kamu punya tanggung jawab lain, Calvin. Kamu punya tempat untuk pulang. Tempat yang bisa kaudatangi saat kau lelah dengan masalah hidup, saat kau ingin beristirahat, dan saat hari raya."
Kata-kata Dokter Tian begitu lembut. Calvin menunduk, tercabik antara merasa bersalah dan ingin pergi.
"Pulanglah, Calvin. Lewatkan hari raya dengan istrimu. Dia pasti menginginkanmu di sisinya ketika hari kemenangan."
"Saya tak bisa meninggalkan Anda di sini. Siapa yang akan merawat Anda? Ied Mubarak nanti, siapa yang menemani Anda?"
"Jangan khawatirkan saya. Ada penjaga di langit sana yang kekuatannya tak tertandingi yang akan menjaga saya. Pulanglah, Calvin. Aselama kamu masih punya tempat untuk pulang."
Tempat untuk pulang, hati Calvin tergetar mendengarnya. Orang yang beruntung di dunia ini adalah orang yang masih punya tempat untuk pulang. Tetiba Calvin merasa marah pada Albert. Sahabat setengah bulenya itu keterlaluan. Padahal ia masih memiliki tempat untuk pulang. Pulang, sebuah akhir dari perjalanan. Sejauh-jauhnya kita pergi menjelajahi dunia, pada akhirnya toh kita akan pulang. Pulang ke tempat yang bisa kita pijaki untuk pulang dan tinggal selamanya menghabiskan sisa umur.