Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mitos: Ramadan Bulannya Orang Kaya, Faktanya?

2 Juni 2018   03:49 Diperbarui: 2 Juni 2018   03:59 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa, bulan suci sudah memasuki hari ke17. Cepat sekali waktu berlalu. Serasa baru kemarin dimulai. Sebentar lagi harus say good bye dengan bulan kesembilan di kalender Hijriyah ini. Hmmm Young Lady jadi sedih.

Selama 17 hari Ramadan, pastinya banyak mitos dan fakta yang berkelebatan. Belum tentu semua mitos benar jadi fakta, kan? Belum tentu juga fakta jadi mitos.

Nah, coba perhatikan satu saja statement ini: Ramadan bulannya orang kaya. Menurut Kompasianers, itu mitos atau fakta? Persepsi tiap orang berbeda-beda.

Buat Young Lady cantik, Ramadan bagaikan pisau bermata dua. Atau kalau mau sedikit lebih aneh, Ramadan seperti dua kutub magnet yang berlawanan. Berlawanan, kalau dilihatnya dari sudut pandang berbeda.

Ok fine, sekilas bulan suci kelihatannya hanya untuk orang kaya. Bagaimana tidak, harga-harga kebutuhan pokok pasti melambung jelang Ramadan dan Ied Mubarak. Naiknya harga barang takkan berdampak begitu besar bagi mereka yang berpenghasilan lebih, kaum middle, sampai high class setara jet set atau eksmud. Namun bagi mereka yang tidak mampu, ini jadi masalah. Tak semua barang kebutuhan selama Ramadan terbeli.

As we know, Ramadan istimewa dibandingkan bulan lainnya. Rasanya semua harus istimewa di bulan satu ini. Bukan hanya ibadahnya, tetapi juga sajian di meja makannya, outfitnya, dan gaya hidupnya. Oh iya, jelas. Gaya hidup berubah saat Ramadan datang. Pola makannya saja berubah. Gaya hidupnya juga ada yang ikut berubah.

Salah satu perubahan gaya yang menonjol saat Ramadan adalah tradisi bukber. Di bulan-bulan lain tidak ada acara buka puasa bersama. Satu sisi bukber menjadi acara yang menyenangkan, hangat, dan penuh kebersamaan. Di lain sisi, momen ini hanya ajang pamer dan pemaksaan diri. Orang yang menjadi budak gengsi akan merelakan budgetnya untuk memuaskan gengsi saat bukber.

Kalau boleh dikatakan, tradisi bukber ini cukup menyita waktu dan anggaran selama Ramadan. Kesempatan untuk bukber, ya biasanya hanya dimiliki untuk orang kaya. Paling tidak kaum middle dan high class, seperti kata Kompasianer Giri Lumakto untuk mengistilahkan kedua golongan ini.

Bagaimana dengan kaum menengah ke bawah, miskin, dan jelata? Sedikit sekali yang bisa merasakan manisnya tradisi bukber di bulan Ramadan. Kecuali ada orang kaya berbaik hati membawa mereka dalam kenikmatan itu. Hanya orang kaya yang bisa membantu orang miskin merasakan nikmatnya berbuka puasa dengan menu yang layak di bulan suci. Caranya dengan sedekah.

Nah, sedekah. Kita berpindah ke poin selanjutnya. Di bulan Ramadan, orang berlomba-lomba dalam kebaikan. Semua yang mereka lakukan diniatkan untuk ibadah. Sampai-sampai muncul praanggapan kalau tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Kalau yang ini, Young Lady tidak setuju.

Back to focus. Sedekah di bulan Ramadan sangat mulia. Apa lagi kalau dilakukan setiap hari. Kebanyakan orang menginterpretasikan, sedekah hanya bisa dilakukan orang kaya. Sebab merekalah yang memiliki uang lebih untuk disedekahkan. Tak selamanya sedekah berbentuk materi. Ada juga sedekah non-materi, kan?

Makanya hanya orang kaya yang dianggap bisa bersedekah di bulan Ramadan. Mulai timbul pemikiran, Allah hanya menyediakan bulan Ramadan sebagai perayaannya orang kaya. Momen mereka untuk membeli tiket ke surga dengan segepok amalan yang mereka lakukan. Eits, siapa bilang orang miskin tidak bisa beramal di bulan Ramadan? Selalu salah, seperti lirik lagu. Selalu salah dalam memaknai sedekah dan amal. Sekali lagi ya, sedekah dan amal tidak harus berbentuk materi.

Lagi pula, tidak semua orang Muslim yang kaya sadar pentingnya beramal di bulan Ramadan. Masih banyak yang lalai. Young Lady sering melihatnya tiap kali turun ke jalan untuk berbagi makanan berbuka puasa. Orang-orang yang turun ke jalan lebih suka membeli takjil untuk diri mereka sendiri dan keluarga dari pada berbagi untuk orang-orang yang membutuhkan. Tak semua orang kaya atau orang mampu memahami makna bersedekah dan berbagi di bulan Ramadan.

Siapa bilang Allah hanya menghadirkan Ramadan untuk orang kaya? No, bulan suci ini milik siapa saja. Kaya ataupun miskin, laki-laki ataupun perempuan, anak muda maupun orang tua. Semua orang berhak berbahagia di bulan Ramadan.

Ramadan penuh berkah, itu sudah jelas. Termasuk berkah bagi orang dari kelas menengah ke bawah. Mereka yang kurang mampu biasanya lebih diperhatikan di bulan suci. Banyak tangan terulur untuk menolong mereka, baik ketika sahur, berbuka, maupun jelang Ied Mubarak. Orang-orang yang sadar pentingnya berbagi takkan ragu menyisihkan budgetnya untuk menolong saudara-saudara seimannya yang butuh bantuan.

Para penggerak ekonomi dari kelas menengah ke bawah juga ikut ketetesan berkah di bulan Ramadan. Hadirnya pasar tumpah dimana-mana, dengan berbagai jenis barang yang dijual dengan harga murah, menguntungkan mereka. Membuat para pembeli berpenghasilan pas-pasan mudah mendapatkan berbagai barang dengan harga terjangkau. Membuat para penjual musiman yang butuh uang jelang hari raya memiliki lapangan pekerjaan yang bisa menghasilkan pemasukan. Semuanya bahagia, semuanya sama-sama merasakan berkahnya.

Kalau masih ada yang bilang bulan Ramadan hanya untuk orang kaya, tunjukkan saja tulisan cantik ini. Biar yang bilang itu sadar. Apa yang dikatakannya hanya mitos. Faktanya sama sekali tidak begitu.

Kompasianers, bagaimana menurut kalian? Mitos ataukah fakta?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun