Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Jalanan, Universitas Kehidupan, Spot untuk Menebar Kebaikan

24 Mei 2018   07:21 Diperbarui: 24 Mei 2018   08:26 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benar kata Seventeen di lagunya. Ramadan ini bulan yang sangat indah. Indah untuk beribadah, bersilaturahmi, berkumpul dengan orang-orang yang dicintai, dan berbagi.

Berbagi? Iya dong, Young Lady malah lagi senang-senangnya berbagi di bulan suci. Targetnya, tiap hari di bulan Ramadan harus berbagi pada orang-orang yang membutuhkan.

Seperti kemarin. Di sore ketujuh Ramadan, Young Lady cantik turun ke jalan untuk berbagi. Melawan dingin dan hujan demi mereka. As usual, hanya memakai piyama. Tak perlu pakai pakaian yang terlalu bagus untuk berbagi. Berbagi bukan untuk pamer kekayaan.

Kompasianer, setuju nggak kalau jalanan itu tempat yang menjengkelkan sekaligus mengasyikkan? Menjengkelkan jika ada kemacetan, mengasyikkan karena jalanan adalah panggung kehidupan yang sebenarnya. Jalanan tempat mengekspresikan diri. Setiap hari, orang-orang melewati jalanan untuk berbagai tujuan. Di jalanan, orang-orang memperlihatkan realitas kehidupan. Ada yang jahat, baik, serakah, penolong, pencemas, dan berbagai karakter lainnya di jalanan. So, jalanan menjadi spot mengasyikkan untuk belajar kehidupan.

Tak selamanya yang berasal dari jalanan itu menjijikkan dan tidak bermutu. Justru jalanan adalah satu universitas kehidupan. Begitulah yang dirasakan Young Lady selama turun ke jalan untuk berbagi selama ini.

Jalanan menjadi medan yang menantang dan menyenangkan untuk beramal. Di jalanan, orang miskin dan kaya seakan menyatu. Mereka lebur menjadi sesama pengguna jalan. Masing-masing punya hak yang sama. Ada tujuan baik dan buruk di jalanan. Salah jalan sedikit saja, bisa fatal. Namun selagi masih ada di jalan yang lurus, kita akan sampai di tujuan.

Makanya, jalanan menjadi spot menarik bagi Young Lady untuk melewatkan waktu sebelum berbuka puasa. Kalau kalian tanya Young Lady, dimana lokasi ngabuburit terfavorit, jawabannya hanya satu: di jalanan. Bukan di tempat-tempat kekinian, resto mahal, rumah mewah, tempat fitnes, perpustakaan, kampus, masjid, atau di tempat yang menjual takjil. Tapi di jalanan. Ya, sebab jalanan menawarkan kesempatan untuk terus belajar ilmu kehidupan. Ilmu yang takkan didapat di bangku sekolah dan universitas mana pun.

Di luar Ramadan, Young Lady berusaha konsisten sekali seminggu turun ke jalan untuk berbagi pada orang-orang yang membutuhkan. Selama Ramadan, Young Lady berusaha melakukannya tiap hari. Tentunya lebih seru dan menantang.

Jika berbagi, Young Lady lebih mengutamakan anak-anak dan orang yang sudah tua. Young Lady ingin seperti "Calvin Wan" di cerita Melodi Silvi. Dikisahkan, blogger dan pengusaha super tampan itu sangat perhatian pada anak kecil dan lansia. Dua jenis manusia dari rentang usia berbeda itulah yang diutamakan Young Lady.

Ada saja yang berbeda saat berbagi. Orang-orang yang mendapat sedikit rezeki itu pun tak sama setiap harinya. Akan tetapi, ada satu orang yang tak pernah lupa didatangi Young Lady. Ia seorang pria tua, juru parkir sebuah minimarket. Jangan tanya siapa namanya, sebab Young Lady tak pernah tanya. Kakek tua ini senang berpakaian hijau. Agak nyentrik juga karena ia memakai banyak cincin di jarinya. Suaranya sangat lembut, Young Lady suka. Mungkin karena Young Lady lebih mudah mengingat orang dari suaranya, bukan dari wajahnya. Makin bagus suara seseorang, makin sering didengar, makin mudah diingat Young Lady.

Tiap kali Young Lady datang, kakek tua ini selalu berujar,

"Geulis...hatur nuhun. Semoga sukses, banyak rezeki, salamet, lancar usahana."

Suaranya lembut dan menenangkan. Young Lady menyukai dan mengingatnya bukan karena ia memuji cantik. Melainkan tersentuh oleh doanya. Bukan kebetulan juga kalau Young Lady punya rencana bisnis setelah lulus kuliah nanti. Kata 'usaha lancar' yang diucapkan si kakek baik hati seperti stimulus yang merangsang alam pikiran Young Lady. Coba, dari mana kakek itu tahu dan bisa mendoakan seperti itu? Pas sekali dengan harapan Young Lady. Jangan-jangan si kakek ini sebenarnya paranormal, punya mata hati dan indera keenam. Atau jangan-jangan ia malaikat yang menyamar sebagai pria tua juru parkir? Atau mungkinkah ia Nabi Khidir? Bila demikian, beruntunglah Young Lady bertemu dan memberinya makanan setiap hari.

Entah, seakan ada tarikan. Seolah ada magnet di hati Young Lady untuk tak lupa berbagi dengannya tiap hari. Young Lady selalu menyisihkan satu porsi makanan untuknya di antara porsi-porsi lain yang dibagikan.

Yah, begitulah ngabuburitnya Young Lady. Tidak berburu takjil, tidak pula ke tempat-tempat kekinian dan instagramable. Cukup mencari pelajaran kehidupan di jalanan dengan berbagi. Kompasianers, setujukah kalian bahwa jalanan adalah salah satu universitas kehidupan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun