Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Surat Terbuka untuk Para Ayah, Calon Ayah, dan Yang Belum Mampu Menjadi Ayah

22 Mei 2018   05:42 Diperbarui: 22 Mei 2018   07:15 1301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah kesedihannya, Wilona berkenalan dengan seorang pengusaha dan penulis terkenal bernama Calvin. Calvin seorang duda. Ia digugat cerai istrinya lantaran divonis infertilitas. Ironis sekali. Calvin yang tampan, baik hati, dan mampu secara ekonomi, ternyata tidak diamanahi Allah berupa keturunan. Mendampingi Wilona dengan penuh kasih sayang, Calvin tinggal di dekat Wilona agar bisa menjaganya. Setelah kesedihan, akan datang kebahagiaan. Begitu waktunya sudah tepat, Calvin melamar Wilona dan menikahinya. Calvin membawa Wilona pergi dari Marco yang sering melukainya.

Kompleks ya kasusnya. Saya pun menangis mendapati kasus itu. Semoga bisa menjadi pelajaran berharga untuk kalian semua.

Jadi ayah itu berat. Tanggung jawabnya besar. Ayah tak hanya dituntut mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tetapi juga turun tangan langsung dalam proses pengasuhan anak.

Yang disesalkan, banyak ayah merasa lupa. Lupa bagaimana bersikap baik terhadap anaknya. Buat para ayah, saya mohon agar kalian jangan menjadikan anak sebagai sasaran pelampiasan kemarahan. Jangan lukai anak hanya karena menuruti emosi sesaat. Semarah apa pun para ayah, jangan bawa-bawa masalah kalian di depan anak. Buah hati bukanlah tempat yang tepat untuk dijadikan pelampiasan.

Bila kalian berselisih dengan istri, selesaikanlah baik-baik dengannya. Bukannya anak yang harus jadi korban. Saat ada masalah pekerjaan, selesaikanlah. Akan tetapi jangan sampai melukai anak dan pasangan hidup kalian.

Bila kalian memiliki lebih dari satu anak, cobalah tidak pilih kasih. Beri mereka perhatian, cinta, dan kasih yang sama. Jangan menganggap yang satu lebih pantas disayang dari pada yang lainnya. Tak ada anak yang minta dilahirkan, tak ada anak yang bisa menentukan pada urutan keberapa dan dengan kondisi apa mereka ingin dilahirkan.

Bicara tentang kondisi anak, bisakah para ayah menerima bila anak kalian istimewa? Ya, saya katakan istimewa. Bukannya difabel atau berkebutuhan khusus. Mengapa banyak orang tua, seringnya ayah, yang sulit menerima anak-anak istimewa? Akan lebih baik bila para ayah tidak malu memiliki anak seperti itu. Lebih baik lagi kalau para ayah yang memiliki anak istimewa, bisa menerima dan menyayanginya dengan tulus. Mengapa banyak ayah yang memiliki anak istimewa harus menyalahkan keadaan, malu memiliki anak seperti itu, dan pilih kasih?

Pesan-pesan ini pun untuk para calon ayah yang ada di seluruh dunia. Jika memiliki anak, jangan jadikan mereka sebagai pelampiasan. Anak dilahirkan bukan untuk menjadi korban kemarahan ayahnya. Kalau mempunyai lebih dari satu anak, tolonglah jangan pilih kasih. Perlakuan yang adil akan membuat anak bahagia. Saat ditakdirkan memiliki anak istimewa, terima dan cintailah mereka setulus jiwa. 

Jangan cepat marah bila mereka berbuat kesalahan. Jangan anggap anak-anak istimewa tidak berguna, karena semua yang hidup di dunia ada gunanya. Tak perlu memiliki anak istimewa. Justru jika kalian berani mengenalkan anak kalian itu di depan publik dan memperlihatkan kasih sayang yang nyata, kalian akan menjadi role model bagi para ayah lainnya yang diamanahi anak yang sama.

Buat para pria yang belum mampu menjadi ayah,

Apa pun sebabnya, entah karena vonis infertilitas atau apa, saya harap kelak kalian bisa menjadi ayah yang baik. Memang ironis. Banyak pria yang berpotensi menjadi ayah yang baik, tetapi tidak mampu memiliki keturunan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun