"Apa motif Anda bersedekah untuk suami Anda? Lalu, apa penyakit suami Anda?"
Tak sanggup menjawab pertanyaan terakhir, Syifa hanya bisa menjawab pertanyaan pertama. Lima belas menit lamanya ia melayani pertanyaan wartawan. Setelah itu ia bergegas pergi. Ada seseorang yang lebih membutuhkannya.
** Â Â Â Â
Meski telah dipasangi CRT (Cardiac Resynchronization Therapy), kondisi jantungnya belum membaik. Rasa sakit itu belum meninggalkan tubuhnya. Sepanjang hari ini, sakit di jantungnya mengganggunya. Sampai-sampai ia tak bisa bercengkerama dengan ketiga putrinya, tak bisa pula menemani istrinya mengikuti kegiatan malam dana.
Berjam-jam lamanya Adica hanya bisa berbaring tak bergerak di ranjang. Ingin rasanya ia tukar segala kemewahan rumah dan seisinya ini dengan nikmat sehat. Sayangnya, tak bisa. Dalam keadaan sakit dan tak berdaya, ia hanya bisa menyaksikan penampilan istrinya dari televisi plasma. Menatapi kecantikan istrinya dalam balutan gaun merah bata, melihat bulir bening turun membasahi pipinya. Mendengar permohonan doa untuk kesembuhannya. Hati pria yang awalnya begitu charming dan enerjik itu bergetar. Ternyata sang istri beramal atas nama dirinya, bersedekah demi mengalirkan pahala untuknya. Seperti yang sering dia lakukan bersama Calvin: bersedekah atas nama orang tua.
Pintu kamar terbuka. Pelan tertutup lagi. Terdengar bunyi kunci diputar. Langkah sepasang kaki jenjang teredam karpet. Makin lama, makin dekat. Sesuatu yang basah dan lembut menyentuh keningnya. Suara sopran berbisik lembut.
"Adica Sayang, kamu belum tidur?"
"Aku menunggumu. Terima kasih mau bersedekah atas namaku, Syifa."
Perlahan Syifa memeluk Adica. Keduanya berpelukan, erat dan lama.
"Alhamdulillah kamu baik-baik saja. Aku cemas sekali meninggalkanmu sangat lama. Allah masih sayang padamu. Ia kirimkan malaikat dalam sosok Calvin Wan untuk menemanimu selama aku pergi." Syifa berbisik penuh syukur. Mencium kedua pipi suaminya.
"Calvin memang berhati malaikat. Pasti hatimu mulai terarah padanya. Jika aku meninggal, kamu boleh menikah dengannya." ujar Adica lirih.