Di tengah suasana duka, masih tersisa sepercik keramahan. Adica datang sendirian. Tanpa supir, tanpa Syifa, tanpa Silvi.
Audi A6 hitam itu meluncur menembus malam berkabut. Calvin duduk di samping Adica. Revan, Anton, dan Albert di bangku belakang. Tawaran Calvin untuk mengemudi ditolak Adica. Sudut hati Calvin mengalirkan rasa kecewa.
"Kamu berharap Silvi ikut menjemputmu, ya?" tebak Adica.
"Iya. Tapi sepertinya...dia tidak menginginkan kepulanganku." lirih Calvin.
Traffic light menyala merah. Adica menepuk pelan pundak sepupunya. "Bukan begitu. Silvi merindukanmu. Dia hanya butuh waktu..."
"Jangan menghiburku, Adica. Aku sudah tahu yang sebenarnya."
Adica terdiam. Di belakang, ketiga sahabat Calvin merasa iba. Miris bila mengingat buruknya hubungan Calvin dan putri semata wayangnya.
** Â Â Â
Selalu kucoba tuk lupakan
Cerita lama yang menjadi buku
Terlanjur sudah ku membaca