Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meski Terkesan Menakutkan, Haruskah Cadar Dilarang?

8 Maret 2018   05:52 Diperbarui: 8 Maret 2018   06:05 1617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: nasional.tempo.co

Meski pemakaian cadar masih diperdebatkan di kalangan ulama, namun tak sepantasnya mereka yang ingin mengenakannya didiskriminasi. Memakai cadar sah-sah saja. Mungkin cadar dianggap sebagai simbol radikalisme atau ideologi menyimpang. Namun tidak selamanya begitu. Ada pula wanita yang ingin bercadar karena dorongan hati. Agar mereka berani beda dalam kebaikan. Atau demi menjaga kehormatan. Banyak alasan positif wanita memakai cadar, yang tidak ada hubungannya dengan ideologi dan radikalisme.

Apakah memakai cadar berlebihan? Relatif, tergantung sudut pandang tiap orang. Tidak berlebihan bagi pemakainya dan orang-orang yang mendukungnya. Sebaliknya, berlebihan bagi yang tidak setuju dan menentangnya.

Lagi-lagi, diskriminasi terhadap wanita bercadar terjadi lagi. Ironisnya praktik diskriminasi terjadi di institusi pendidikan yang notabenenya bisa lebih netral dan objektif. Sering kita dengar kasus diskriminasi yang dialami wanita bercadar. Misalnya tidak diterima bekerja, atau dianggap radikalis.

Tidak semua yang bercadar itu menakutkan. Pernah nonton Ayat-Ayat Cinta dan baca novelnya? Salah satu adegan tak terlupakan dan sangat berkesan adalah ketika Aisha membuka cadarnya saat ta'aruf dengan Fahri. It's the best part for me.

Salah seorang teman Young Lady bercadar. Sejak tahun lalu ia mulai mengenakan cadar. Young Lady sempat kaget dengan perubahan ini. Lalu timbullah rasa takut. Bahkan rasa takut itu masih ada sampai sekarang. Bagaimana tidak, ia selalu mengenakan pakaian dan cadar berwarna gelap. Lebih seringnya berwarna hitam. Mana wajahnya tak kelihatan lagi. Pakaian hitam, wajah tertutup. Young Lady takut.

Namun Young Lady berusaha terbiasa. Mungkin ini pilihan terbaik menurutnya. Dan siapa bilang wanita bercadar terkesan eksklusif serta tak mau berbaur? Tidak kok. Buktinya, teman bercadar itu mau berteman dengan Young Lady. Mau berteman dengan anak bodoh yang tidak berhijab, sering disangka Non-Muslim, tak pernah ikut kajian keislaman, lebih suka belajar Islam secara mandiri, senang tebar pesona, dan masih suka bersenang-senang walau maksimal hanya suka jalan-jalan saja, tidak lebih dari itu. Tak semua wanita bercadar eksklusif dan enggan berbaur.

Saatnya menghapus stigma negatif tentang cadar dan pemakainya. Bercadar adalah pilihan. Janganlah mendiskriminasi mereka yang memutuskan memakainya. Takut dan waspada boleh saja, namun tetaplah dalam porsi sewajarnya.

Kompasianer, bagaimana pendapat kalian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun