Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Kamu Cantik Kalau Berhijab", Sebuah Pujian Palsu

4 Maret 2018   05:58 Diperbarui: 4 Maret 2018   08:06 1838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: www.viva.co.id

"Kamu cantik kalau berhijab."

Bukannya tersanjung, Young Lady langsung lepas kain lembut yang menutupi rambut itu dan melemparnya ke tempat tidur setiba di rumah. Dari dulu, Young Lady tak pernah percaya dengan pujian. Terlebih pujian tentang hijab.

Peristiwa itu terjadi minggu lalu. Sebuah keterpaksaan harus mengenakan kain lembut itu lagi setelah dua tahun tidak mengenakannya. Itu pun dalam sebuah acara yang tidak ada sangkut-pautnya dengan kajian keagamaan. Hanya sebuah keharusan yang mirip paksaan.

Honestly, Young Lady cantik tak mau jadi boneka yang digerak-gerakkan oleh orang lain. Tak ingin dipaksa menuruti kehendak orang untuk berhijab lagi seperti tiga tahun sebelumnya. Young Lady memang cantik, tapi tidak bodoh. Tahu betul di balik pujian itu ada maksud tersembunyi.

Bukannya Young Lady tak mau menjadi wanita yang baik. Sama sekali bukan. Namun, sekali lagi berhijab adalah pilihan. Menurut Young Lady, dan ini disepakati sejumlah wanita lainnya yang dekat, masih banyak cara untuk meraih surga Allah sekalipun tanpa hijab. Toh yang berhijab belum tentu baik. Sudah lama Young Lady mati rasa dan hilang kepercayaan tentang hijab.

Baru kemarin, sungguh baru kemarin. Young Lady cantik ditipu akhwat berhijab. Akhwat berhijab itu melakukan kesalahan yang sama dua kali. Bila ringan tak apa, namun ini kaitannya dengan hal yang berat. Jelas saja Young Lady tak terima. Hijrahnya pun sebagai hijabers syar'i tidak dilakukan dengan baik. Bagaimana mau dibilang baik, saat berhijrah, ia pamerkan itu pada teman-temannya di kelas dan di sosial media. Alhasil di belakang banyak teman yang menertawakan dan menyayangkan kelakuannya. Setahu Young Lady, orang yang tulus berhijrah tidak akan memberitakan hijrahnya pada siapa pun. Biarlah diri sendiri dan Allah yang tahu. Orang lain tahu sendiri saja. Seperti halnya orang mualaf. Tak perlu diekspos ke media. Cukup diri sendiri, Allah, dan orang-orang terdekat yang tahu bila hatinya telah menerima indahnya cahaya Islam.

Jujur saja, Young Lady cantik tidak pernah percaya pada hijab dan pemakainya. Mereka sama saja. Kalau tidak fanatik ya penusuk dari belakang. Lalu, biasanya pandangan tentang wanita-wanita tak berhijab dipenuhi bias negatif.

Itulah yang membuat Young Lady tak begitu simpati pada hijab. Krisis kepercayaan boleh jadi. So, ketika ada yang memuji cantik saat berhijab, jangan percaya.

Soal hijab ini, Young Lady juga punya pengalaman pahit. Sssttt...sebenarnya Young Lady tak pernah ceritakan ini pada siapa pun. Bahkan orang tua tak tahu. Tahun 2016, ada tawaran modeling hijab. Fashion show dan photo shoot produk-produk berhijab gitu buat Young Lady. Senang rasanya tentu saja. Tapi, apa kenyataannya? Young Lady ditipu. Project pekerjaan itu batal. Dari situlah Young Lady makin trauma dan tidak percaya dengan namanya hijab. Kesempatan di dunia itu lenyap terenggut oleh tipuan syaitan yang terkutuk.

Refleksinya adalah, jangan mau berhijab hanya karena sebuah pujian. Belum tentu pujian itu benar. Siapa tahu pujian hanyalah paksaan untuk berhijab yang dibungkus dengan manis. Dan buat para pria, jangan paksakan calon istrimu berhijab. Terlebih memberi pujian-pujian palsu. Jangan memperdaya wanita untuk berhijab sesuai maumu. Biarkan wanita memilih sendiri langkahnya.

Menuntun boleh saja, membimbing sangat disarankan. Tetapi jangan sampai memaksa. Kompasianer, bagaimana pendapat kalian?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun