Menghafal koreo tidak mudah. Selain tampan, Calvin punya otak brilian. Buktinya dia mampu menghafal seluruh gerakan koreografi tanpa salah sedikit pun.
Kesempurnaan gerakannya, ketampanan khas orientalnya, sempurna menyedot perhatian audience. Calvin memang model tertampan dan terpopuler. Semua mata tertuju padanya.
Lirikan kagum menuai cemburu. Diam-diam Adica cemburu pada kakaknya. Maklum saja, model baru. Pasti cemburu. Direkrut sebagai model pun tak sengaja. Lantaran sering bolak-balik ke agency untuk menemani Calvin, owner agency melirik penuh tertarik. Langsung saja merekrut adik tampan itu untuk menjadi model. Voilet, kakak-beradik berkarier di agency yang sama.
Bila ini fashion show pertama Adica, namun fashion show terakhir Calvin. Fashion show terakhir sebelum menikah. Minggu depan Calvin akan melepas status single menjadi taken. Seorang model cantik dari agency berbeda yang beruntung mendapatkan hatinya. Pernikahan campuran. Pernikahan Tionghoa, Jawa, Belanda. Sedikit rumit pastinya. Apa lagi ada sedikit percikan darah birunya. Lebih rumit lagi.
"Good job!" kata Albert excited usai fashion show.
Mereka bertiga ber-toast. Puas sekali.
"Hai, Love. Penampilanmu sempurna."
Seorang gadis cantik bergaun fushia menghampiri Calvin. Mencium pipinya. Bergelayut manja di lengannya.
"Thanks Silvi." Calvin tersenyum, membalas ciuman calon istrinya.
"Oh ya, mana undangannya?"
Silvi mengeluarkan berlembar-lembar kartu undangan dari dalam tasnya. Lalu ia membagikannya pada Albert, sejumlah desainer, dan teman-teman sesama model.