Ada cinta yang sejati
Ada sayang yang abadi
Walau kau masih memikirkannya
Aku masih berharap
Kau milikku
** Â Â Â
"Camera rolling...action."
Calvin mengikuti proses pemotretan dengan hati sedih. Pikirannya bercabang. Raganya ada di studio, jiwanya bergerak di rumah lain. Rumah besar sesunyi mausoleum yang ditinggalkannya.
Mata para kru mengikuti. Seperti pendar ribuan kunang-kunang di tengah keremangan. Mengikuti langkah sang peragawan, blogger, dan pengusaha tampan berjas hitam itu.
Berjalan perlahan menuju piano, Calvin duduk di depannya. Menggerakkan jemari tangannya di atas tuts piano. Bermain piano, lalu bernyanyi dengan suara bassnya yang empuk dan merdu.
"Ada cinta yang sejati..."
Seperti cintanya pada Silvi.
"Cut. Nice shot, ayo lanjut lagi."
Sejurus kemudian Calvin berpose di depan piano. Postur tubuhnya yang proporsional, wajahnya menawan penuh pesona, dibingkai kesedihan mendalam. Mengundang desah kagum fotografer dan kru. Dugaan mereka, Calvin sangat menghayati. Nyatanya, peragawan mantan duta budaya Tionghoa itu menghayati kesedihannya. Bayangan wajah mantan istrinya terlukis di depan mata.
Silvi tak lagi miliknya. Dia sudah jadi milik Revan. Andai saja kanker ginjal ini tak pernah ada.
** Â Â Â
Sejauh ku melangkah
Hatiku kamu
Sejauh aku pergi
Rinduku kamu
Masihkah hatimu aku
Meski ada hati yang lain
** Â Â Â
"Jadi rapat hari ini? Gimana presentasinya?" tanya seorang wanita dengan setelan business woman yang sangat elegan. Rambutnya keriting spiral. Bibir indahnya melengkung membentuk senyuman simpatik.
"Jadi, Nanda." jawab Calvin.
Nanda menatapnya lembut. Putri tunggal Dokter Rustian dan mantan finalis Mojang Jajaka itu meletakkan tangannya di pundak Calvin.
"Aku bisa melihat kesedihan di matamu, Calvin. Ada kesakitan juga."
"Tidak, Nanda. Aku baik-baik saja." Calvin menenangkan, ekspresi wajahnya melembut. Tak ingin menampakkan kesedihan dan rasa sakitnya.
** Â Â Â
Ada cinta yang sejati
Ada sayang yang abadi
Walau kau masih memikirkannya
Aku masih berharap kau milikku
** Â Â Â
Di ruang kerjanya, Calvin duduk terpaku. Memandang hampa kertas-kertas yang berserakan di mejanya. Harusnya sore ini jadwal kemoterapi dan hemodialisa. Namun terlewat begitu saja.
Calvin tenggelam dalam pedih dan rindu. Apakah Silvi merindukannya? Masihkah getaran cintanya tersampaikan ke hati Silvi? Ataukah Silvi telah menangkap getaran cinta dari hati Revan?
Ya Allah, ini sangat menyakitkan. Dada Calvin terasa sesak. Sesak oleh rindu. Sesak oleh perasaan tak diinginkan, tak dicintai, dan tak diinginkan.
** Â Â Â
Andai harus terpisahkan
Mungkin inilah takdir cintaku
** Â Â Â
Turun dari ruang kerjanya, Calvin berjalan di halaman berumput. Hatinya masih terpaut pada Silvi. Sakit di ginjalnya nyaris tak terasa lantaran menahan sakitnya rindu.
Nanda datang lagi. Berdiri di depannya. Memijak rumput yang sama. Berpagut tatap dengannya.
"Lama-lama aku bosan melihatmu bersedih terus," desahnya, wajah cantiknya dihiasi ekspresi bosan yang hampir saja membuat Calvin tertawa.
"Apa aku harus menelepon Revan dan memintanya mengembalikan Silvi padamu sekarang juga?"
Calvin berjalan pelan. Rumput berdesir di bawah kakinya.
"Sudah takdir cintaku, Nanda. Aku tak mungkin lagi bersama Silvi."
"Aku tak bisa melihatmu hancur seperti ini..."
"Siap atau tidak, aku harus ikhlas, Nanda."
** Â Â Â
Ada cinta yang sejati
Ada sayang yang abadi
Walau kau masih memikirkannya
Aku masih berharap kau milikku
Masih berharap kau untukku (Isyana Sarasvati-Masih Berharap).
** Â Â Â Â
Kembali terpuruk di depan instrumen musik favoritnya. Bayang-bayang Silvi merasuki jiwa. Mengirimkan sakit luar biasa di lajur hatinya.
Calvin bernyanyi, menyanyikan lagu kenangannya dengan Silvi. Sedih mencengkeram jiwa. Memagut rasa perih. Memahat luka.
Sedih ini melukai hatinya terlalu dalam. Ia tak bisa, tak bisa lagi menahan sakitnya.
Calvin terbaring tak bergerak di lantai. Jas hitam di tubuhnya mencerminkan duka dan kehilangan. Calvin terbaring di lantai. Tak bergerak, tak bergerak, tak bergerak. Perih. Kehilangan. Tertekan. Rindu.
** Â Â Â
Paris van Java, 17 Februari 2018
Tulisan cantik, terinspirasi dari video clip Isyana Sarasvati-Masih Berharap.
Melihat di tengah keterbatasan.
** Â Â Â Â Â
https://www.youtube.com/watch?v=fp0hIhv_3Oo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H